“Aktivitas beliau yang sangat padat, memang tak mengherankan bagi saya, apalagi beliau memiliki prinsip bahwa silaturahim adalah kekuatan yang dahsyat dalam keseharian dan perjalanan hidup. Hal tersebut sudah dibuktikannya. Juga banyak orang telah membuktikannya,” kata Firdaus.
Rasa simpati Firdaus juga dipicu oleh fakta bahwa walau hanya sekitar 6 tahun menjadi wartawan, yang dibaca Firdaus dari biografi Aqua Dwipayana, namun darah wartawan tersebut sudah mengalir deras sehingga di sela-sela aktivitas yang sangat padat Aqua masih sempat menulis.
“Apa yang dilakukannya, sekaligus bisa ‘menyindir’ jurnalis yang masih bekerja di media, namun tak lagi menulis. Dalam istilah orang Minang, Mas Aqua adalah orang yang ‘lasak’. Artinya, selalu bergerak. Tak pernah diam,” pungkas Firdaus. (*)
Editor: Sugeng Irawan