Banteng Ngamuk

Sabtu 29-07-2023,19:44 WIB
Reporter : amegid2
Editor : amegid2

Antusiasme masyarakat menonton Bantengan menandakan mereka rindu tontonan tradisional yang berasal dari dusun atau desa sendiri. Anggapan awal yang menyebut "Nek wis kalap iku berarti wis dibarengi karo kesurupan ngombe," hal itu tidak terbukti.

Bantengan adalah karya seni yang dilahirkan sejak jaman nenek moyang dulu, lahir dari masyarakat yang tinggal di hutan, yang tidak dapat melihat kesenian-kesenian lain yang dilahirkan dari dalam keraton. Suatu karya seni jangan dilihat hanya nampak depannya, sebagaimana kalau orang melihat sebuah buku hanya dengan melihat covernya saja.

Juga, seperti melihat seseorang jangan hanya mengamati raut wajahnya saja. Ya, Bantengan telah memberi inspirasi kesedehanaan, tanpa pamrih, kesatuan, gotong royong dan kesetiaan dalam menjaga leluhur.

Mungkin saja saat ini telah terkikis oleh teknologi gadget yang datang dan berkembang dengan begitu cepat, mengikis budaya tepo seliro, sopan santun dan budi pekerti yang semuanya hampir hilang dari dalam kehidupan masyrakat. Dahulu, di Kota Wisata Batu hampir semua desa bahkan dusun, memiliki sanggar Bantengan, yang dimiliki tokoh setempat.

Seseorang yang memiliki sanggar Bantengan umumnya dianggap sebagai panutan. Pentas massal Bantengan di Stadion Brantas yang melibatkan hampir seluruh Sanggar Bantengan di wilayah Malang Raya yang diselenggarakan tiap tahun, sekarang tak ada lagi.

Padahal saat itu, tampilan Bantengan yang penuh atraktif pada malam hari ditonton lebih dari 10 ribu penonton, yang datang dari berbagai penjuru desa. Suatu malam, digelar Bantengan.

Ketika itu, kesenian ini ditampilkan untuk menghibur para peserta pertemuan internasional yang diselenggarakan di Kota Wisata Batu, yang dihadiri para dubes/konsulat yang berkantor di Jakarta, atau perwakilannya. Para tamu menikmati Bantengan dengan amat takjub, apalagi kepada mereka juga dijelaskan bahwa beaya untuk menampilkan kesenian ini tidak mahal.

Karena para pemainnya bermain dengan rasa cinta. Kesenian Bantengan ini wajib ditopang, diperhatikan, dilestarikan dan menjadi identitas kesenian budaya masyarakat "Wong mBatu," meskipun kesenian ini tidak dikenal secara luas.

Seharusnya berkembang pesatnya sektor pariwisata, bisa seimbang atau sejajar dengan kesenian Bantengan dan seni budaya yang lain. Pembangunan infrastruktur harus diimbangi dengan pengembangan seni tradisional, agar kehidupan para seniman di pedesaan dapat ikut terangkat. Kemajuan-kemajuan itu jangan hanya bisa dinikmati oleh para pengusaha.

Tags :
Kategori :

Terkait

Terpopuler