Ssst… Ada Jenderal Sunda Nusantara

Jumat 07-05-2021,13:04 WIB
Reporter : Djono W. Oesman
Editor : Djono W. Oesman

Barangkali, Rusdi Karepesina, dengan aksi itu, memberikan pesan: Mendirikan negara, dalam negara, tidak perlu angkat senjata, seperti KKB Papua. Cukup, dengan gaya dagelan. Polisi sudah pusing.

Maka, di Indonesia, now, ada tiga model makar: Khilafah, KKB Papua, dan si jenderal muda (usia 55) itu. Meski jenis terakhir itu lucu-lucuan, tetap tergolong makar. Mendirikan negara baru, di negara yang sah.

Kata Cak Kartolo, ”Kalau itu dilakukan zaman Orde Baru, pelakunya bakal gembuk.” 

Era otoriter Orde Baru dulu. Sudah kita lalui. Sudah jadul. Sekarang demokrasi. 

Prof DR Kurt Lewin (1890–1947) dalam karyanya, Leadership Styles and Frameworks (1939), membagi kepemimpinan jadi tiga: Laissez-faire. Otoriter. Demokratis. 

Karya Lewin itu, teori pertama kepemimpinan. Itu jadi inspirasi bagi teori kepemimpinan di era berikutnya. Dan, teori Lewin dianggap relevan hingga sekarang.

Kepemimpinan Laissez-faire. Menghasilkan anggota grup punya kebebasan total. Pemimpin model Laissez-faire, tidak berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Jarang memberikan pendapat. 

Gaya itu, menurut Lewin, dapat berjalan baik jika anggota kelompok punya motivasi tinggi bersatu. Dan kompeten. 

Sebaliknya, jika anggota kelompok tidak kompeten, atau tidak punya keinginan bersatu, seluruh anggota bakal tenggelam dalam konflik. Sebab, mereka berebut berkuasa.

Jika tidak langsung terjadi konflik, musyawarah bisa terlalu lama. Bertele-tele. Akhirnya, pemimpin kehilangan kendali kepemimpinan. Chaos juga.

Dalam studi Lewin, kepemimpinan laissez-faire ditandai dengan anggota kelompok yang tidak produktif. Dan, sangat argumentatif. Atau jago bicara.

Lewin mengambil contoh Presiden Ke-15 Amerika Serikat (AS) (1857–1861) James Buchanan Jr. Ia politikus. sebelumnya, menjabat Menlu AS (1845–1849).

Waktu itu di AS berlaku perbudakan. Wilayah selatan menyatakan niat memisahkan diri. Presiden Buchanan menyatakan, niat itu ilegal. Tapi, ia juga mengatakan, pemerintah federal tidak punya kekuatan menghentikan.

Alhasil, kekacauan. Sikap presiden itu menguatkan Konfederasi. Sebaliknya, melemahkan Union Army. Akhirnya perang pecah. 

Banyak sejarawan menilai, Buchanan sebagai salah seorang presiden terburuk AS karena keengganannya menghadapi krisis pemisahan diri.

Kepemimpinan otoriter. Anda sudah tahu. Orde Baru. Contoh paling ekstrem sekarang: Kim Jong-un.

Tags :
Kategori :

Terkait

Terpopuler