AMEG.ID, Surabaya - Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran universitas Airlangga Prastiya Indra Gunawan menjelaskan kejang itu memang salah satu manifestasi klinis epilepsi yang sering terjadi di ruang gawat darurat. Tapi penyakit itu masih sering membingungkan dokter.
Mengutip Suara Surabaya, Prastiya menyampaikan diperkirakan angka kesalahan diagnosis epilepsy cukup tinggi berkisar 4,6 persen sampai 30 persen. Tentunya hal ini merupakan tantangan di tengah keterbatasan alat diagnostic.
“Akibatnya, hasil EEG sering disalahartikan sehingga menyebabkan diagnosis yang berlebihan tentang epilepsi dan obat antiepilepsi berkepanjangan yang sebenarnya tidak perlu,” ucapnya.
Prastiya menambahkan untuk mengatasi hal tersebut International League Against Epilepsy (ILAE) sedang berusaha untuk menyertakan kemampuan pembaca EEG melalui program sertifikasi internasional. (WL-NY/SUARA SURABAYA)