MENATAP Gunung Arjuno dari sebuah ruangan di lantai 5 Balai Kota Among Tani, selalu saja terasa ada yang menyapa dari jauh di luar sana. Seakan selalu ada yang mengajak berbicara, dan dialog itu bisa dilakukan sambil beraktifitas kerja. Sambil berdiri menatap jauh melewati balkon ruang kerja, sambil nyeruput kopi item dan ngebul sebatang rokok. Melihat gagahnya Gunung Arjuno baik pagi, sore maupun malam hari, seakan memberi energi kehidupan, dan selalu saja memberi inspirasi.
Saat ada tamu yang berkunjung ke Balai Kota Among Tani, terlebih dahulu selalu saya pamerkan kepada mereka kegagahan Gunung Arjuno. Itulah raksasa pelindung seluruh warga, sekaligus menjadi sumber hidup masyarakat Kota Wisata Batu yang sebagian besar adalah petani.
Beberapa tamu yang saya suguhi pemandangan mempesona itu, dan kemudian mengaguminya, antara lain almarhumah Hj. Sudjiatmi, ibunda Presiden Jokowi yang wafat 25 Maret 2020 lalu, Raffi Ahmad dan keluarga, pendakwah internasional Zakir Naik, musisi Dewa 19 Ahmad Dhani, dan masih banyak lagi tokoh yang menjadi tamu saya.
Saat beribur ke Kota Wisata Batu, jangan hanya melihat tempat wisata, dan kulineran, apalagi hanya tinggal di hotel. Nikmati juga kegagahan Gunung Arjuno, yang menjadi salah satu impian para pendaki. Gunung ini sudah menjadi kebanggaan masyarakat sejak berabad-abad lalu, sejak zaman Kerajaan Singosari dengan tokoh legendanya, Ken Arok.
Gunung Arjuno berada di tiga wilayah, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang dan Kota Batu. Ketinggiannya 3.340 M dpl. Kota Wisata Batu sendiri berada di punggung gunung sebelah selatan, dengan seluruh tanahnya sangat subur.
Di sebelah barat daya Gunung Arjuno, berdiri sebuah gunung yang sedikit lebih rendah, yaitu Gunung Welirang dengan ketinggian 3.156 M dpl. Kedua gunung ini berjajaran.
Saya beberapa kali menelusuri lereng kedua gunung ini, dengan motor trail. Treck ini memang cukup padat sebagai lintasan petualangan, baik dengan trail, jalan kaki dan menjadi salah satu jalur bagi pecinta alam termasuk para pendaki. Di jalur ini masih sering dijumpai warga yang mencari rezeki dengan mengumpulkan ranting-ranting kering untuk kayu bakar.
Melalui jalur ini, bila masuk dari wilayah Pandaan, akan sampai juga ke Kota Wisata Batu, melintasi pemandangan yang sangat indah dan masih perawan. Jaraknya tak lebih dari 15 Km, di kanan kiri jalan masih banyak pohon-pohon besar berusia ratusan tahun. Jalur ini bisa dikembangkan menjadi jalur alternatif sebagai pintu masuk ke Kota Wisata Batu, dari arah Surabaya, untuk menghindari kemacetan lalu lintas di jalur utama pada hari libur.
Ide ini pernah saya sampaikan kepada Pak De Karwo, Gubernur Jatim ketika itu, dan direspon dengan baik bahkan kemudian masuk perencanaan program Provinsi Jatim. Dengan hidupnya jalur ini, dan dengan lalu lalangnya kendaraan, maka dipastikan akan mampu mengangkat ekonomi masyarakat yang hidup di sepanjang lereng Gunung Arjuno, dan sebagian masyarakat di lereng Gunung Welirang.
Gagasan itu memang belum terwujud, tetapi ada harapan kelak suatu hari akan menjadi kenyataan. Jalur ini akan memperpendek jarak Kota Surabaya dengan Kota Wisata Batu dengan cukup signifikan, yang tentu saja akan menjadi jalan alternatif bagi masyarakat yang hendak berkunjung ke Kota Wisata Batu, melengkapi jalur lama dan jalur tol yang bila tiba musim liburan sangat padat arus kendaraan.