”Anda bisa berenang, nggak?”
Mereka yang menjawab: Bisa, langsung. Terima pelampung. Aman.
Di antara penumpang, yang tidak bisa berenang, dan sedang antre, bingung. Mengapa ditanya begitu?
Giliran Agus, tidak bisa berenang, tiba di ujung antrean, ditanya petugas:”Bisa berenang?”
”Tidak, Pak.” (gemetar)
”Minggir dulu. Ini khusus yang bisa berenang.”
Agus protes. Tapi, petugas keburu berteriak: ”Giliran berikutnya, maju…”
Agus minggir, terdesak antrean. Kesrondol keras. Tapi, ia tidak terima. Menyeruak maju lagi. Bertanya keras:
”Mengapa pelampung hanya untuk yang bisa berenang?”
”Karena keampuhan pelampung ini cuma 62,1 persen.”
Agus melongo. Mikir. Mereka-reka sendiri. Seandainya kedalaman lautan ini 1.000 meter, pemakai pelampung yang tidak bisa berenang tetap akan mati.
Karena ia ”magak” di kedalaman 379 meter. Pelampung hanya menolong agar (yang bukan perenang) tidak mentok di 1.000 meter.
Tapi, ilustrasi kawanku itu kelewatan. Sungguh keterlaluan. Sebab, orang tervaksin pun tetap harus waspada. Siapa tahu… kena batch CTMAV547. (*)