Baik akademisi maupun politisi, yang dengan sengaja berbohong, keduanya tergolong sesat dan menyesatkan. Apalagi, praktik kebohongan itu dilakukan secara rapi dan terus-menerus sehingga tampak benar. Seolah-olah benar adanya.
Jika kebohongan akademisi dan politisi ini terus terjadi, sungguh akan membahayakan sendi-sendi kehidupan dan masa depan masyarakat.
Maka dari itu, jadilah akademisi yang jujur, dan terus menjunjung integritas moral dalam derap visi mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tampil-lah sebagai politisi yang realistis dalam berpolitik, dan menjaga integritas moral dalam kerja-kerja politik agar trust, kepercayaan publik terjaga hingga ujung pengabdian itu tiba.
Inilah yang penulis sebut, meniti jalan profetik. Sebuah jalan yang memadukan nilai-nilai sosial dan kenabian dalam kehidupan nyata. Menjadikan perjuangan seorang Nabi sebagai literatur utama, mengambil keteladanan yang tak pernah lekang oleh waktu.
Budayawan, sastrawan sekaligus sejarawan Indonesia, Kuntowijoyo (1943-2005) berujar bahwa, integrasi jalan sosial dan kenabian akan menaikkan derajat manusia.
Tak saja itu, akan membebaskan manusia dari belenggu kehidupan pragmatisme dan kapitalisme sekaligus meneguhkan manusia untuk tegak lurus! Beriman pada Tuhan-nya.
(*) Advokat, Legal Consultant, Mediator Non Hakim, dan CEO Firma Hukum PROGRESIF LAW. Kini, Sekjen DPP Gerakan Masyarakat Perangi Korupsi (GMPK)