Lotre Covid
Anak saya, Azrul Ananda, ikut merasakannya. Ia baru mendarat di Texas. Tiga hari lalu. Suasananya, secara umum, sudah tidak ada pandemi.
Saat keluar dari Bandara Houston tidak harus menjalani prosedur apa pun terkait Covid. Saat mampir ke Toserba Walmart ia tertegun: siapa pun boleh vaksinasi gratis di Walmart.
Hari ini Azrul menuju Kansas: ikut balap sepeda off road sejauh 400 Km di pedesaan Kansas.
Amerika kelihatan semakin nyata dekat dengan hari ''kemerdekaan Covid''. Penderita barunya memang masih di kisaran 20.000/hari. Tapi itu dianggap kecil. Terutama dibanding zaman Presiden Donald Trump dulu. Yang pernah mencapai di atas 200.000/hari. Bahkan kemarin, untuk pertama kali, ''hanya'' 9.000 sehari itu.
Kengerian di India juga membaik. Memang, penderita barunya masih di sekitar 200.000/hari. Tapi tidak lagi 400.000/hari.
Di Tiongkok sudah lebih 6 bulan tidak ada lagi yang meninggal karena Covid. Juga nyaris tidak ada penderita baru. Hanya sekitar 20 orang/hari. Itu pun lebih banyak di bandara internasional.
Belakangan giliran Indochina (Vietnam, Kamboja, Laos) yang mengalami meningkatkan. Dua minggu terakhir. Angka barunya memang hanya ratusan per hari. Tapi itu mengejutkan lantaran sebelum itu hanya puluhan. Bahkan Thailand kini mencatat sekitar 4.000/hari.
Indonesia kelihatannya cukup melegakan. Pagi ini sudah 17 hari kita melewati Lebaran Idul Fitri. Angka Covidnya memang naik. Tapi sedikit. Masih terkendali. Antara 5000-6000 penderita baru. Tidak terjadi ledakan. Padahal, dari pengamatan saya, restoran-restoran penuh sesak. Di mana-mana. Sejak Lebaran lalu. Bisnis restoran sudah kembali normal.
Saya pun mengucapkan selamat pada Menteri Kesehatan Budi Sadikin. Tapi ia tidak mau tampak gembira. "Belum Pak. Masih tegang," katanya.
Kejutan justru terjadi di Inggris. Bukan soal bertambahnya penderita Covid di sana. Tapi karena ada wartawan yang meninggal seminggu setelah vaksinasi Astra Zeneca.
Media di Inggris pun memberitakannya: yang meninggal itu wartawan BBC di Newcastle. Namanya: Lisa Shaw. Umur 44 tahun. Anak: 1 orang.
Lisa –sebut saja begitu– dikenal tidak punya penyakit ikutan. Setelah vaksinasi dia langsung masuk rumah sakit. Seminggu kemudian meninggal.
Tapi itu tidak menimbulkan gejolak. Orang Inggris lebih rasional. Mereka tetap saja menganggap vaksinasi jauh lebih membawa keselamatan daripada kematian.
Kejadian seperti yang menimpa Lisa adalah kejadian langka. Memang Lisa mengalami pencendolan darah setelah vaksinasi itu. Tapi yang seperti itu hanya 30 kejadian dari satu juta peristiwa.
Meski sudah lebih setahun menderita, tetap saja generasi yang sekarang lebih beruntung dibanding generasi yang lalu: menderita berkepanjangan. Ada perang dunia pertama. Disusul pandemi flu Spanyol. Lalu depresi ekonomi dunia.
Sumber: