Tetap Berolahraga di Lingkungan Rendah Oksigen

Tetap Berolahraga di Lingkungan Rendah Oksigen

Tibet boleh jadi sebuah wilayah yang seperti ’’terpencil’’ dari belahan bumi yang lain. Tetapi, di negeri atap langit itu ada sekelompok anak-anak muda yang terus merajut mimpi menjadi pemain basket profesional.


AMEG- Bagi gadis Tibet berusia 17 tahun, Cigla, bermain bola basket di ketinggian lebih dari 3.000 meter semudah idolanya LeBron James melakukan slam dunk yang ikonik.

Cigla adalah siswa baru di SMA Nagqu 2 di Lhasa, ibu kota wilayah otonomi Tibet. Sekolahnya terletak 3.650 meter di atas permukaan laut. Dia sekarang menjadi point guard untuk 12 anggota tim basket putri sekolah tersebut.

"Latihan yang sempurna. Anda akan terbiasa dengan ketinggian ketika Anda menyukai olahraga dan berlatih cukup keras," kata bintang basket pemula yang telah menggemari olahraga sejak tiga tahun silam.

Cigla memakai gelang dengan nama idolanya, LeBron James dan Kobe Bryant. Gelang itu selalu dipakai ketika bermain. Dengan kecepatan, kelincahan, dan umpan akuratnya yang luar biasa, Cigla tidak pernah gagal untuk bersinar di lapangan basket, bahkan ketika dia berhadapan dengan para pemain.

Meski dia masih harus menunggu lebih dari dua tahun untuk lulus SMA, Cigla sudah memiliki gambaran yang jelas tentang masa depannya. Ia ingin memasuki perguruan tinggi olahraga untuk belajar bola basket.

Di mata Cigla, yang berasal dari keluarga penggembala miskin di kota Nagqu, Tibet utara, belajar di Lhasa, kota paling maju di kawasan itu, telah membuatnya lebih mudah untuk mewujudkan impiannya dalam bermain basket.

KEGEMBIRAAN para siswi SMA Nagqu 2, Lhasa, saat bermain basket di sekolahnya. (Foto: XINHUA)

Dengan ketinggian rata-rata lebih dari 4.500 meter, Nagqu adalah salah satu tempat paling tidak layak huni di Tibet. Lingkungan rendah kadar oksigen dan cuaca ekstrem telah lama mengganggu kesehatan siswa Nagqu, menghambat perkembangan pendidikan dasar di daerah tersebut.

Dalam upaya untuk memastikan akses yang sama ke pendidikan berkualitas, pemerintah daerah Tibet telah mendirikan beberapa sekolah di Lhasa sejak awal 2000-an untuk merekrut siswa Nagqu, termasuk SMA Nagqu No 2.

Seperti Cigla, banyak siswa di sekolah tersebut berasal dari keluarga petani dan penggembala yang miskin.

"Para siswa hampir tidak pernah berolahraga sebelum datang ke sekolah kami karena fasilitas olahraga yang terbatas dan seringnya cuaca buruk di Nagqu," kata Bachug, guru olahraga sekolah dan pelatih tim bola basket sekolah.

Sebaliknya, kampus di Lhasa, dengan tujuh lapangan basket beton, lapangan sepak bola standar, dan stadion olahraga, memberi siswa kesempatan untuk melatih tubuh mereka dan menemukan olahraga yang menarik bagi mereka, katanya.

Basket telah menjadi pilihan populer di kalangan gadis-gadis di sekolah. Saat ini, lebih dari seperempat dari sekitar 1.600 siswa perempuan secara teratur berlatih sebagai kegiatan ekstrakurikuler.

Kontes bola basket antar kelas juga diadakan secara rutin untuk menarik lebih banyak anak perempuan untuk berpartisipasi dalam olahraga tersebut.

NEGERI ATAP DUNIA, Tibet, punya bakat-bakat pemain basket yang lahir dari SMA Nagqu 2 di Lhasa.(Foto: XINHUA)

Sumber: