Kamus Sejarah Indonesia Banyak Kejanggalan, Ketua Komisi X: Tarik dari Peredaran!

Kamus Sejarah Indonesia Banyak Kejanggalan, Ketua Komisi X: Tarik dari Peredaran!

AMEG – Sorotan khusus tengah dilakukan pada Buku Kamus Sejarah Indonesia terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Pasalnya, nama pahlawan nasional seperti KH Hasyim Asy'ari justru hilang.

Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda, meminta kamus itu ditarik dari peredaran, karena bakal dijadikan dijadikan salah satu rujukan pengajaran mata pelajaran sejarah.

"Setelah membaca dan mendengar pandangan banyak kalangan, kami minta Kemendikbud menarik Kamus Sejarah Indonesia baik jilid I dan II dari peredaran. Lakukan perbaikan konten atau revisi, sebelum digunakan sebagai bahan ajar mata pelajaran sejarah," tegas Huda kepada wartawan, Selasa (20/4/21).

Dijelaskan, Kamus Sejarah Indonesia terbitan Kemendikbud terdiri dari dua jilid yang di dalamnya memuat daftar informasi atau istilah kesejarahan kurun waktu 1900 hingga 1950, yakni masa pembentukan negara (nation formation).

Sedangkan Kamus Sejarah Indonesia jilid II memuat informasi peristiwa kesejarahan kurun waktu 1951-1998 pada masa pembangunan negara (nation building).

"Pada masing-masing jilid ada kejanggalan kesejarahan yang bila dibiarkan akan berbahaya bagi pembentukan karakter peserta didik, karena adanya disinformasi," jelas Huda.

Politisi PKB itu mengungkapkan, kejanggalan pada Kamus Sejarah Indonesia Jilid I yakni tidak adanya keterangan terkait kiprah pendiri NU, KH Hasyim Asy'ari, yang dikenal sebagai Pahlawan Nasional yang mendorong tercapainya kemerdekaan Indonesia, termasuk mengeluarkan Resolusi Jihad untuk melawan agresi militer Belanda.

"Anehnya, di sampul Kamus Sejarah Jilid I ada gambar KH Hasyim Asyarie, tapi dalam kontennya tidak ada sejarah dan kiprah perjuangan beliau. Anehnya, nama-nama tokoh lain masuk, seperti Gubernur Belanda HJ Van Mook dan tokoh militer Jepang Harada Kumaichi, yang dipandang berkontribusi dalam proses pembentukan negara Indonesia," tegasnya.

Begitu juga pada Kamus Sejarah Indonesia Jilid II, nama Soekarno dan Hatta tidak masuk dalam entry khusus, meski masuk di penjelasan di awal kamus. Dengan format memasukan tokoh yang berperan dalam pembentukan maupun pembangunan negara secara alfabetis, tak ada alasan nama Soekarno dan Hatta tidak dicantumkan.

"Justru nama tokoh yang tidak jelas kontribusinya dalam proses pembentukan maupun pembangunan bangsa, masuk dalam entry khusus untuk diuraikan background personalnya," imbuhnya.

Dia meminta, kamus Sejarah Indonesia, baik jilid I maupun II, harus ditarik dan direvisi. Perbaikan konten harus dilakukan, untuk meluruskan kejanggalan informasi di dalamnya. Terlebih dua kamus itu diproyeksikan jadi salah satu bahan ajar mata pelajaran sejarah dan bisa di-download secara gratis, sehingga bisa tersebar massif.

"Bayangkan jika potensi persebarannya yang begitu luas, namun di sisi lain ada informasi kesejarahan yang tidak akurat. Akan banyak anak didik dan generasi muda yang tidak bisa memahami proses nation formation maupun nation building secara utuh," pungkas Syaiful Huda.(ar)

Sumber: