Keindahan Musik dan Visual Memanjakan Indera

Keindahan Musik dan Visual Memanjakan Indera

Seperti ribuan orang dari kampungnya, Nenek Claudia pindah ke AS dengan tujuan mendapat pekerjaan yang bagus. Agar hidup makmur. Kenyataannya, dia menghabiskan hidup dengan menjadi pembantu rumah tangga. Tak pernah punya anak hingga tua. Dan sebagai ganti, dia mengangkat seluruh Washington Heights sebagai buah hati dia.

Ada juga Daniela (Daphne Rubin-Vega), si pemilik salon kecantikan. Dia kenes dan selalu kepo. Agak berisik juga. Tapi ternyata dia berhati emas. Lalu ada Kevin Rosario (Jimmy Smits), ayah Nina. Dan masih banyak lagi. Sesi pengenalan tokoh itu hampir memakan sejam pertama. Baru setelah kejadian mati lampu, pace film berjalan lebih cepat.
Oh ya, film ini berdurasi 2 jam 20 menit. Tapi percayalah. Tidak terasa lama sama sekali. Terutama setelah pemadaman listrik. Tiba-tiba saja kisahnya berjalan lebih lancar dan plotnya lebih runtut.

Penampilan para aktornya begitu menawan. Karena sebagian besar memang aktor Broadway yang sudah biasa menari dan menyanyi. Kalau di La La Land kita takjub melihat Emma Stone dan Ryan Gosling tap dance, di sini kita dibuat ternganga menonton para maestro beraksi. Perbedaan level finesse dalam menciptakan musical number memang begitu besar. Bahkan dibandingkan The Greatest Showman sekalipun.

Pendeknya, In the Heights bukan film musikal yang sempurna. Namun sangat, sangat, sagat enjoyable. Sampai-sampai kita ingin mengulang semuanya. Hanya untuk menonton lagi setiap sekuen lagu. Oh ya, selain scene kolam renang (dalam lagu 96.000), adegan Paciencia y Fe dan When the Sun Goes Down juga pantang dilewatkan. Terbaik! (*)

Sumber: