RS Penuh, Asrama Haji Padat Dokter usulkan Lockdown Bangkalan
AMEG - Puncak gelombang ketiga Covid-19 mulai terasa. Pasien Covid-19 di Surabaya kesulitan dapat bed di
rumah sakit karena semua RS rujukan penuh. Asrama Haji Sukolilo yang bulan lalu relatif sepi, kini terisi 500 lebih pasien.
Dokter RS Paru Husada Prima dr Ratna Kusumawati mengatakan, peningkatan terjadi sejak awal Juni.
Kini kondisinya semakin parah. “Penuh, sulit cari kamar sekarang. Ini tadi cartridge TCM (tes cepat molekuler) juga habis,” katanya kemarin (20/6).
Salah satu pasien harus terpaksa membayar tes PCR untuk mengecek kondisi keluarganya. Jatah swab gratis sudah habis. Lonjakan kasus membuat jumlah alat tes cepat habis.
Ratna juga mendapat pasien yang tidak diterima di Rumah Sakit Lapangan Indrapura. Karena tidak punya gejala, pasien terpaksa diminta isolasi mandiri di rumah. “Sekarang yang masuk harus dipilah-pilah. Diprioritaskan yang berat. Yang di rumah bisa telepon rumah sakit kalau ada keluhan,” ujarnya.
Yang kasihan adalah pasien dengan gejala, tapi tidak dapat bed. Jika gejalanya semakin parah, nyawa bisa melayang. Bed dengan fasilitas ventilator di Surabaya juga sudah penuh semuanya.
Sejak awal Juni, Ratna sudah menyuarakan agar ada lockdown di Bangkalan. Apalagi sudah ditemukan pasien yang terpapar mutasi virus varian delta dari India. Menurutnya, penutupan total selama dua pekan akan berdampak pada pencegahan penularan. Beban nakes bisa berkurang.
Namun hal itu tidak dilakukan. Suramadu disekat. Yang melintas dites swab antigen. Sudah banyak yang tahu, bahwa pasien positif bisa lolos tes antigen. Akurasinya kalah dengan swab PCR.
Ratna juga heran mengapa ada Pekerja Migran Indonesia (PMI) dari India yang bisa lolos ke tanah air.
Padahal pemerintah sudah melarang penerbangan dari India sejak April.
Wakil Sekretaris Satgas Covid-19 Surabaya Irvan Widyanto mengonfirmasi bahwa semua bed di RS untuk Covid-19 penuh. Sudah banyak yang mengantre di IGD. “Ini puncak gelombang ketiga. Yang kemarin-kemarin (gelombang 1 dan 2) terjadi lagi,” ujarnya.
Satu-satunya tempat yang tersisa adalah Asrama Haji. Pemkot menyediakan seribu bed untuk menampung pasien tanpa gejala. Awal Juni lalu jumlah pasien yang dirawat hanya 50 orang. Kini jumlahnya sudah mencapai 500 lebih. Meningkat 10 kali lipat. Jumlahnya pun terus bertambah setiap hari. Irvan khawatir bulan depan jumlahnya makin melonjak karena ada tradisi Toron. Orang Madura mudik saat Idul Adha. “Rekor selama ini 700 pasien. Mudah-mudahan tidak terjadi lagi,” kata Kepala BPB Linmas Surabaya itu.
Ia berharap masyarakat tidak meremehkan keberadaan Covid-19. Jika tertular dan memiliki gejala, taruhannya nyawa. (*)
Sumber: