Satu Kursi

Satu Kursi

LIBURAN Natal ini pun menjadi sangat kelabu bagi Presiden Joe Biden. Ambisinya untuk bikin lompatan besar pembangunan Amerika masih terganjal.
Itu mirip yang dialami Presiden Donald Trump. Juga yang dihadapi Presiden Barack Obama.

Lebih tragis.

Yang mengganjal Biden itu justru anggota kongres dari partainya sendiri: Demokrat.
Padahal, untuk bisa bikin lompatan besar itu, Biden tinggal perlu satu suara saja. Satu. Hanya perlu satu kursi lagi. Dan itu ada. Dari partainya sendiri.

Tapi, pemilik kursi itu, Joe Manchin, 74 tahun, kian tegas sikapnya: no!
Seorang penulis terkemuka Inggris, Tom Fowdy, sampai membuat kesimpulan begini:

”Terjawablah sudah mengapa Amerika tidak bisa bersaing dengan Tiongkok.”
Ada juga yang menulis: masa depan jutaan rakyat Amerika Serikat (AS) diganjal satu orang.
Jawaban ”no” dari Joe Manchin itu disampaikan kemarin dulu. Dalam lobi terakhir sebelum reses liburan Natal dan tahun baru. Padahal, begitu liburan selesai, 3 Januari depan, Senat AS sudah harus bersidang untuk memutuskan: program Biden itu diterima atau ditolak.

Komposisi anggota senat saat ini seimbang: Republik 50 kursi, Demokrat 50 kursi.
Semua anggota senat dari Republik sudah bulat: menolak.

Semua anggota senat dari Demokrat sudah bulat: menerima –kecuali yang satu itu.

Kalau saja Joe Manchin ”yes”, hasil pemungutan suara imbang: 50-50. Dalam hal terjadi seperti ini, penentunya adalah satu suara dari wakil presiden AS. Anda pun sudah benar-benar tahu: Wapres yang sekarang adalah Kamala Harris dari Demokrat.

Yang dimintakan persetujuan itu adalah: APBN AS yang terbesar dalam sejarah negara tersebut. Untuk bisa membangun IT, energi baru, jalan, jembatan, dan infrastruktur lainnya secara besar-besaran. Juga, agar bisa memberikan bansos untuk orang miskin dan anak-anak mereka.

Total APBN yang dirancang Biden itu 3,5 triliun dolar AS. Saya tidak anggup mencari nol sebanyak itu kalau harus dirupiahkan.

Itulah bendera utama yang akan dikibarkan Biden: menjadi Presiden Pembangun Kembali Infrastruktur AS. Keunggulan Biden yang dikenal sebagai jago lobi di kongres membuat Demokrat optimistis program itu bisa gol di parlemen.
Sulit.

Republik tidak pernah memberikan sinyal oke. Sebagian anggota Demokrat sendiri menentang. Anggaran tersebut dinilai terlalu besar. Banyak yang dianggap tidak perlu. Rakyat merasa terbebani terlalu berat –lewat pungutan pajak.

Biden memang akan menaikkan pajak. Secara drastis. Dari 21 persen ke 28 persen. Dulu Trump-lah yang menurunkan pajak itu. Secara drastis.

Dalam lobi-lobi selama ini, Biden sudah mengalah. Angka 3,5 triliun itu sudah diturunkan: menjadi 2,2 triliun.

Sumber: