Bunuh Ibu-Anak di Semarang, Teori Prof Dobash
Tempat tinggal Dony dan Sweetha di Semarang terpisah. Karena kerepotan mengurus anak, Faeyza dititipkan di tempat kos Dony. Sejak pertengahan Februari 2022.
Dony merasa, bocah itu nakal. Maka, sering digebuki. Habis digebuki, Faeyza dimasukkan ke kamar, dikunci. Tak diberi makan.
19 Februari 2022 Faeyza mati lemas.
20 Februari 2022 Dony membawa mayatnya. Dimasukkan bagasi mobil Mitsubishi Lancer hijau milik Dony. Dibuang di kolong tol itu.
Sementara, Dony rutin bertemu Sweetha, yang selalu tanya tentang Faeyza. Dijawab Dony, "Ada di rumah. Dia bisa mandiri, kok."
Lama-lama Sweetha mendesak Dony, ingin bertemu Faeyza. Dony terus menunda.
7 Maret 2022 kerinduan Sweetha ke Faeyza tak tertahankan. Memaksa Dony, ingin ketemu Faeyza. Dony pun setuju. Mereka ketemu.
Dony dengan berbagai alasan, mengajak Sweetha ke hotel dulu. Sebelum ketemu Faeyza. Sweetha menurut. Di hotel itulah Sweetha dicekik Dony sampai mati. Mayat dibungkus sarung, dimasukkan bagasi mobil. Dibuang di kolong tol.
Dari kronologi itu, Pembaca sekilas mengetahui karakter masing-masing. Baik-buruk-nya. Sebagai pelajaran.
Dony manipulatif. Memanipulasi statusnya. Lalu menguasai Sweetha. Merasa memiliki Sweetha secara berlebihan. Posesif. Memaksa dan mengatur Sweetha.
Karakter itu merugikan pasangan intim. Baik isteri, atau pacar.
Suami-isteri sama-sama Profesor, Russell Dobash dan Rebecca Dobash, dalam buku mereka "When Men Murder Women" (Juni 2015) menyebutkan, karakter pria posesif berpotensi menyakiti pasangan intim.
Buku itu hasil riset Prof Russel dan Prof Rebecca. Riset sepuluh tahun. Mewawancarai narapidana di tujuh penjara di Inggris, sampai dengan 2014. Khusus mewawancarai napi pria pembunuh wanita.
Buku itu dibuka dengan kalimat, begini:
"Ketika ada berita, pria membunuh pasangannya, banyak orang menganggap bahwa itu akibat problem yang mereka alami. Rahasia mereka. Yang tidak perlu kita ketahui."
Sumber: