Sirikit Syah Dan Berkembangnya Jurnalisme Tanpa Verifikasi

Sirikit Syah Dan Berkembangnya Jurnalisme Tanpa Verifikasi

Sekitar enam bulan lalu, saya berkomunikasi lewat WA dengan Sirikit Syah. Saat itu Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena sedang menyiapkan akun Youtube untuk Satupena TV.

Ketika saya terpilih secara aklamasi menjadi ketua umum perkumpulan penulis Indonesia itu, saya bertekad membuat akun Youtube yang isinya All About Writers.

Ini akan menjadi satu- satunya akun TV yang isinya mengeksplor proses kreatif para penulis Indonesia. Saat ini sudah terkumpul lebih dari 45 penulis yang sudah digali dan direkam. Video para penulis itu sudah bisa dilihat di akun Youtube Satupena TV.

Antara lain, ada video soal Sutardji Calzoum Bachri, Abdul Hadi, Remy Silado, Azyumardi Azra, Didin S Damanhuri, Komarudin Hidayat, hingga Sutan Takdir Alisyahbana, NH Dini, Mochtar Lubis dan Chairil Anwar.

Saat itu Sirikit Syah berkata: “Mas Denny, saya sebenarnya sangat ingin membantu mewawancarai para penulis itu. Saya suka menggali informasi yang berharga tentang dan dari mereka”.

“Bagus sekali, Bu Sirikit. Silakan saja. Kita buat programnya ya”. Itu jawaban saya. Sirikit Syah juga anggota Satupena.

“Tapi saya tak percaya diri, Mas Denny. Kondisi fisik saya tidak pas untuk muncul di video. Saya sedang terus terapi. Penyakit saya semakin parah”.

“Tak apa kok,” jawab saya meyakinkan. Semua akan mengerti. Justru ini menjadi wawancara yang lebih menyentuh”.

Namun akhirnya program itu tak kunjung dilakukan Sirikit Syah. Ia disibukkan berobat untuk sakitnya.

Tahun sebelumnya, atas prakarsa Akmal Nasery Basral, saya memborong sekitar 100 eksemplar buku karangan Sirikit Syah untuk dibagikan kepada member WAG Fammi. Saya, Sirikit dan Akmal, bersama- sama menjadi anggota WAG itu.

Bro Akmal menceritakan kisah selanjutnya. Saya kutip teks dari bro Akmal:

“Jelang lebaran tahun lalu waktu Bro Ketum @⁨Denny JA membeli 100 eks buku Mbak @⁨Sirikit Syah⁩ untuk donasi buku di grup FAMMI.

Mbak Ikit langsung menelepon saya dan menangis, "Alhamdulillah saya jadi bisa lebaran," katanya terisak-isak di ujung telepon.

Lebaran kali ini kondisi Mbak Ikit tambah drop. Semoga dengan perhatian dari Satupena dan kawan-kawan beliau lainnya di berbagai tempat Mbak Ikit masih bisa mengalami lebaran yang berkesan bersama suami dan anak cucu tercinta.”

*

Sirikit Syah sudah pergi. Tapi pemikirannya dan karyanya terus hidup.

Sumber: