Analisis Tragedi Kanjuruhan Banding di Peru
Faisol, ayah Muhammad Reko menceritakan kepada pers, Senin, 3 Oktober 2022. Usai pertandingan, Faisol mendapat kabar putranya mengalami luka di kaki sebelah kiri akibat terinjak-injak penonton.
Faisol mengatakan, anaknya, Reko menonton bersama teman-temannya di Tribun 12.
Faisol: "Menurut cerita teman-teman anak saya, saat kerusuhan terjadi polisi menembakkan beberapa kali gas air mata. Salah satunya ke tribun 12, tempat anak saya menonton pertandingan."
Maka, semua penonton di Tribun 12, lari menuju pintu keluar. Karena, mereka sesak napas akibat tembakan gas airmata.
Dilanjut: "Ternyata pintu keluar Tribun 12 terkunci. Semua penonton yang lari, menuju pintu yang tertutup. Bertumpuk-tumpuk. Karena mereka yang di belakang, tidak tahu bahwa pintunya terkunci. Akibatnya parah. Banyak yang mati di situ."
Dibanding Tragedi Peru
Kejadian ini, persis dengan kejadian di lapangan Estadio Nacional, Kota Lima, Peru, 24 Mei 1964 (58 tahun silam). Dalam laga kualifikasi olimpiade, antara Peru melawan Argentina.
Dikutip dari BBC, 23 Mei 2014 dalam peringatan 50 tahun Tragedi Peru, bertajuk: "Lima 1964: The world's worst stadium disaster", dikisahkan demikian:
Narasumber, Hector Chumpitaz, legenda bola dari Peru yang pada saat Tragedi Peru, ia pemain muda Peru yang ikut di laga melawan Argentina.
Waktu itu, Peru berada di urutan kedua kualifikasi Olimpiade Amerika Selatan. Peru hanya perlu kedudukan imbang melawan Argentina, untuk masuk olimpiade.
Dikisahkan, pertandingan Peru versus Argentina berlangsung ketat. Sampai babak ke dua, Peru kalah 0 - 1. Peru, selaku tuan rumah, berusaha membobol gawang Argentina, tapi sangat sulit.
Penonton (sekitar 55.000) terus bersorak, mendorong agar Peru menyamakan kedudukan. Peru selalu mendesak, tapi pemain belakang Argentina sangat kuat. Serangan Peru selalu dipatahkan.
Pada sekitar enam menit jelang laga berakhir, terjadilah ini:
Hector Chumpita: "Pemain kami, Kilo Lobaton, mendapat umpan. Ia lalu mengangkat kakinya (mencungkil bola) untuk memblokir bola. Hasilnya, bola memantul belok, ke arah gawang. Dan, gol…."
Puluhan ribu penonton bersorak membahana. Girang luar biasa.
Sumber: