Flying Toilets? Tidak Ada di Surabaya

A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
"Plastik, maksudmu bagaimana? Bentuknya seperti apa?"
"Kantong plastik tertutup, begitu. Atau kantong kertas."
"Memangnya kenapa?"
"Itu toilet terbang."
"Jelasnya bagaimana?"
"Orang BAB di rumah mereka di malam hari. Masuk ke kantong plastik. Lalu diikat. Lalu dilemparkan ke mana saja. Kadang ke jalan. Kalau terinjak, plastik pecah…"
Sang reporter bule, manggut-manggut. Barulah mereka keliling, liputan. Tak disebutkan di berita itu, deskripsi nyata toilet terbang. Tapi diulas kondisi warga miskin di sana.
Di Surabaya, tidak ada plastik terbang. Kalau pun ada, pasti kebetulan. Atau dilakukan orang gila. Berdasar buku Davies dan berita Aljazeera itu, kondisi sanitasi Surabaya jauh lebih baik banding Nairobi.
Apalagi, tahun depan Pemkot membangun 2.000 toilet, rencananya. Maka, jangan dibanding-bandingkan. Mesti kalah. (*)
Sumber: