Rusuh di Konser NCT, Bukan Karena Bom

Rusuh di Konser NCT, Bukan Karena Bom

TNT dibuat dengan nitrasi toluena secara bertahap. Bakal meleleh pada suhu 82 derajat Celcius.

TATP (Triacetone Triperoxide) ialah senyawa peroksida. Dosen Departemen Kimia FMIPA, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Chairil Anwar, dalam wawancara pers 28 April 2021, mengatakan:

TATP mudah meledak. Bahan bom. Dijuluki "Mother of Satan", biasa digunakan teroris di Eropa, juga digunakan kelompok ISIS.

Chairil Anwar diwawancarai wartawan, sebab saat itu tim Polda Mtero Jaya menggeledah bekas Markas FPI di Petamburan, Jakarta Barat, setelah polisi menangkap Sekretaris FPI, Munarman, di kasus baiat terhadap kelompok ISIS. Polisi menemukan TATP di Petamburan.

Jadi, penulis surat tahu bom. Bisa jadi pernah baca, atau diberitahu, atau melihat, tapi bukan pembuat. Sebab, pembuat bom pasti bersembunyi. Bukan mengedarkan ancaman.

Penulis surat dalam menulis keterangan waktu, tergolong tradisional. Pukul 03.00 pukul 06.00, mestinya 15.00 dan 18.00.

Tenggang antara kedatangan rombongan teroris (disebut pukul 03.00) dengan peledakan (disebut pukul 06.00) aneh. Mengapa tidak pukul 20.00, saat show dimulai? 'Kan saat show dimulai, jumlah penonton lebih banyak dibanding pukul 18.00.

Di surat nomor tiga, keluar topik. Disebut: "acara akhir tahun di gelora Bung Karno!!!” yang masih sebulan setengah lagi.

Soal warna pakaian teroris dan kain penutup bom, si penulis surat kayaknya gemar nonton film laga. Penjahat suka berkostum seragam, seperti di film Money Heist.

Secara umum, ancaman ini bukan langsung. Melainkan pantulan. Bukan orang pertama, tapi dipantulkan ke pengunggah, yang kini dikejar polisi.

Sebagai jenis ancaman bom, ini bentuk baru. Bentuk pantulan. Dan, pengancam seolah korban yang disekap, dipaksa teroris.

Harga tiket konser itu antara Rp 1 juta sampai Rp 3 juta. Tiket dijual sejak awal September 2022, dan sudah habis pada 4 Oktober 2022. Penonton tinggal tukar tiket di venue.

Dari bentuk ancaman, harga tiket, dan pemeriksaan lokasi, polisi berkesimpulan, bahwa itu ancaman kosong. Oleh orang iseng. Maka, segera diputuskan, konser tetap digelar.

Betapa pun, pengancam sudah berjasa terhadap keamanan masyarakat penonton konser itu. Karena, kualitas-kuantitas penjagaan langsung ditingkatkan. Kondisi waspada.

Bukan waspada bom. Tapi potensi keos. Seperti di Stadion Kanjuruhan. Atau pesta Halloween di Itaewon, Korsel. Karena sekarang orang ngeri kerumunan.

Sumber: