Ambil Hikmah KDRT Cengkareng

Ambil Hikmah KDRT Cengkareng

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag

Filename: frontend/detail-artikel.php

Line Number: 116

Backtrace:

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view

File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once

Mulyanah: "Di motor dia bersandar di punggung saya. Wajah Santi melepuh, mata memutih. Dia terus menangis kesakitan."

Tiba di RS sekitar pukul 15.00. Santi dan bayi langsung ditangani dokter. Si bayi meninggal menjelang Maghrib. Santi meninggal dua jam kemudian. Mulyanah menunggui sampai sampai Santi meninggal.

Sedangkan Rizal, diketahui tetangga, naik ojek online. Kabur.

KDRT berat seperti ini sangat sering terjadi di Indonesia. Meski para pelaku ditindak tegas, tapi kejadian terus berulang. Tidak ada lembaga yang fokus menangani. Komisi-komisi yang ada kurang tanggap. Tidak ada konsistensi tindakan.

Melanie F. Shepard dan Ellen L. Pence dalam buku mereka bertajuk, "Coordinating Community Responses to Domestic Violence: Lessons from Duluth and Beyond" (1999) menjelaskan, di Amerika Serikat (AS) banyak lembaga yang konsisten menangani KDRT. Tapi, paling populer di Kota di Duluth, Negara Bagian Minnesota.

Di Duluth, ada The Domestic Abuse Intervention Project (DAIP). LSM yang konsisten menangani Domestic Violence (KDRT). Buka 24 jam non-stop menerima aduan KDRT. Bahkan, menampung untuk tinggal sementara korban KDRT. Ada ratusan kamar di sana.

DAIP didirikan 1981 oleh warga setempat. Didanai pemerintah federal, negara bagian, juga sumbangan para donatur. Sumber dana lain, menggelar seminar, pendidikan pemberdayaan perempuan dan anak berbayar. DAIP menerapkan subsidi silang, berbayar buat yang kaya tapi gratis buat si miskin.

Sebelum KDRT terjadi, asalkan warga melapor, maka petugas DAIP memberikan pendampingan dan perlindungan calon korban. DAIP bekerjasama dengan polisi lokal untuk mengatasi calon pelaku KDRT.

Buku Shepard dan Pence mengulas berbagai hal tentang kegiatan DAIP dan proses pendampingan korban KDRT. Di situ pusatnya cerita KDRT.

Buku itu sekaligus membantah teori, bahwa pelaku KDRT adalah orang dengan gangguan jiwa. Minimal, orang yang tidak mampu menguasai emosi. "Teori-teori kuno itu, berdasar hasil riset, ternyata tidak benar. Hampir semua pelaku KDRT adalah orang normal, dengan kendali emosi yang normal."

Diulas, ada teori yang menyatakan, pelaku KDRT (mayoritas pria) dibesarkan dari keluarga yang KDRT pula. Itu tidak benar. Karena, tidak semua anak yang dibesarkan begitu, kelak setelah dewasa melakukan KDRT atau jadi korban KDRT.

Juga tidak benar, bahwa pelaku mengalami gangguan jiwa. Atau mabuk alkohol, atau mabuk narkoba. Dua zat memabukkan itu hanya jadi alasan bagi pelaku. Atau pemicu ledakan emosi.

Yang benar, KDRT soal kontrol. Dalam banyak budaya, pria adalah pemimpin wanita. Pemegang kendali. Budaya ini jika ditafsirkan pria secara berlebihan, maka menghasilkan sikap, bahwa wanita harus dalam kendali pria. Isteri harus bisa diatur suami.

Ketika terjadi perbedaan pendapat suami dan isteri, maka dianggap wanita harus mengalah kepada suami. Anggapan itu bisa, dalam kurun waktu tertentu, dilakukan wanita. Kalau terus-menerus terjadi, isteri bakal menahan kekesalan. Tapi, suatu saat bakal meledak jadi pemberontakan.

Ledakan kemarahan isteri, ditanggapi suami sebagai pembangkangan atas kendali. Suami merasa kehilangan kendali. Sehingga suami melakukan tindak kekerasan psikologis atau fisik. Jika terjadi kekerasan psikologis atau fisik, otomatis terjadi pembalasan, walaupun dalam diam.

Sumber: