Taksir Harga Damai di Restorative Justice

A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
RJC adalah lembaga independen untuk perkara hukum yang diajukan sebagai keadilan restoratif. RJC membantuk melakukan advokasi kepada pihak yang berkepentingan terkait restorative justice. Setelah RJC terbentuk, diterapkan restorative justice.
Di Indonesia, sudah belasan ribu perkara diterapkan restorative justice.
Sabtu, 31 Desember 2022, Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam rilis akhir tahun, mengatakan: Selama 2022 tercatat ada 276.507 perkara yang telah ditangani Polri. Itu naik 18.764 perkara (7,3 persen) dibanding tahun sebelumnya.
Dari 276.507 perkara, yang tertangani 200.147 perkara. Ini menurun 1.877 atau 0,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Dari 200.147 perkara, tercatat 15.809 perkara yang diterapkan restorative justice.
Di Kejaksaan, berdasar laporan akhir tahun 2022 yang diumumkan Kapuspenkum Kejaksaan Agung, Ketut Sumedana, sepanjang 2022 tercatat 1.545 perkara yang diterapkan restorative justice.
Total dari Polri dan Kejaksaan tercatat 17.354 perkara diberlakukan restorative justice.
Menyitir pernyataan Adang Daradjatun dan Hasto Atmojo Suroyo tersebut, orang berduit 'bermain' di belasan ribu kasus itu. Membayar kompensasi kerugian terhadap korban. Sehingga tercapai kesepakatan restorative justice. Itulah yang mereka protes.
Betapa pun, orang berduit tetap unggul dalam masyarakat mana pun di dunia. Termasuk dalam berperkara hukum. Mereka selalu menang.
Prof Mahfud sering mengatakan, bahwa mafia perkara, atau mafia peradilan, benar-benar ada. Dan, pemerintah terus berupaya memberantas dari dulu hingga kini.
Mafia perkara 'dimainkan' orang berduit yang berperkara hukum. Tapi, itu dilakukan secara diam-diam, dan ilegal. Maka, diberantas.
Restorative justice juga menguntungkan orang berduit, tapi teransparan. Proses damai pelaku-korban, disaksikan penegak hukum dan masyarakat. Tinggal kita pilih yang mana? (*)
Sumber: