Jadi Dukun Dulu, Baru Serial Killer

Jadi Dukun Dulu, Baru Serial Killer

Jumlah korban serial killer tersangka Wowon, Solihin dan Dede, jadi sembilan tewas. Salah satunya diceburkan ke laut di Surabaya. Para korban dibunuh karena protes ke tersangka yang gagal menggandakan uang.

***

TIGA serangkai Wowon, Solihin dan Dede, adalah dukun pengganda uang. Mereka mengaku bisa menggandakan harta klien sampai sepuluh kali lipat. Dalam waktu cepat (tidak disebut durasinya).

Mereka buka praktik dukun di rumah Wowon di Kampung Babakan Mande, Desa Gunungsari, Kecamatan Ciranjang, Cianjur, Jabar. Banyak warga datang ke sana. Semua pengguna jasa harus bayar. Untuk dapat uang harus bayar uang. Kemudian mereka buka praktik juga di Bantar Gebang, Bekasi.

Ternyata mereka, diduga bohong, menipu. Klien yang protes, dibunuh. Keluarga Wowon yang mengetahui itu, juga dibunuh. Saksi mata harus mati. Demi menutupi kejahatan sebelumnya.

Hasil penyidikan polisi, sembilan korban tewas itu diduga dibunuh di tiga kota. Sebagai berikut:

Di Bekasi ada tiga: Ai Maemunah (40), istri siri Wowon. Juga, kakak-beradik Ridwan Abdul Muiz (18) dan Muhamad Ruswandi (15) anak Maemunah dari suami terdahulu bernama Didin.

Di Cianjur ada lima: Noneng, (60) mertua Wowon. Wiwin (42), istri pertama Wowon yang juga anak Noneng. Bayu (2 tahun) anak Maemunah dan Wowon.
Farida, pasien yang mantan TKW (Tenaga Kerja Wanita) di luar negeri. Halimah, istri siri Wowon yang juga ibunda Maemunah.

Di Surabaya ada satu: Siti, pasien Wowon, mantan TKW yang dibuang ke laut.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko kepada pers, Jumat, 20 Januari 2023 menjelaskan pembunuhan Siti, berdasar pengakuan para tersangka. Begini:

Siti warga Garut, Jabar, mantan TKW. Sudah jadi TKW bertahun-tahun yang gajinya lebih besar dibanding di Indonesia, dia tidak juga kaya. Maka, dia datang ke Wowon CS. Minta menggandakan uang. Sebelum dilayani, Siti harus bayar dulu jasa dukun.

Siti pun diterapi Wowon. Dengan 'jopa-japu' agar hartanya melonjak sepuluh kali lipat. Lalu Siti pulang.

Sepekan belum terbukti. Dua pekan juga belum. Akhirnya Siti menanyakan ke Wowon, mengapa hartanya tidak bertambah? Malah berkurang buat kebutuhan sehari-hari.

Wowon menjawab enteng, seperti ditirukan Kombes Trunoyudo, begini: "Wowon bilang, harta Siti sudah bertambah. Tapi ambilnya di Mataram, NTB."

Dijawab begitu, Siti percaya saja. Dia antusias menyatakan, ingin segera mengambil harta itu. Siti minta Wowon mengantarkan untuk mengambil harta di Mataram.

Sumber: