Kisah Sedih Neng Ayu, Anak Serial Killer

Kisah Sedih Neng Ayu, Anak Serial Killer

Kaniya melihat wajah ibu sangat beda dari biasanya. Karena, rahang Kashe Jaranilla kena tembakan. Jadi peyang tak simetris. Hampirdia tidak mengenali wajah ibu yang penuh darah.

Kaniya mengguncang-guncang tubuh Erick. Tapi tubuh Erick lunglai tertahan sabuk pengaman. Tak bergerak lagi. "Mom… Dad…," teriak Kaniya sekencangnya.

Tak lama, orang berkerumun menolong keluarga itu. Dilarikan ke RS. Erick tewas seketika, Kashe Jaranilla bisa diselamatkan. Tetap hidup tapi cacat di bagian rahang.

Maka, Kaniya dan Eman dirawat psikiater. Dinyatakan menderita PTSD.

Dalam perawatan beberapa bulan, Kaniya dinyatakan sembuh dari trauma. Karena, Kaniya tidak menunjukkan tanda-tanda murung, atau sedih berlebihan, atau emosi yang menggebu. Sama sekali tidak. Kaniya malah jadi pemain basket dan jago main biola.

Karena itu adalah liputan media massa, bukan suatu riset, tidak tergambarkan, apakah Kaniya benar-benar sembuh dari PTSD, ataukah bagaimana?

Penulis Eth menyebut anak pengidap PTSD sebagai: "Konspirasi diam, untuk tidak membicarakan peristiwa buruk."

Sehingga, orang dewasa menafsirkan kebisuan anak dalam menghadapi trauma, sebagai tanda bahwa semuanya baik-baik saja. Dinilai sebagai cerminan dari ketahanan anak-anak yang sangat dibanggakan. Padahal, kebanyakan itu berarti sebaliknya.

Lantas, apa dampak jika anak-anak PTSD itu masih trauma?

Belum ada riset jangka panjang yang meneliti korban PTSD dari anak sampai dewasa. Belum ada.

Tapi, dalam perspektif sebaliknya, ilmuwan psikologi meneliti latar belakang para penjahat, terutama penjahat psikopat yang tanpa empati sosial, pembunuh berdarah dingin, pembunuh berantai, dan kejahatan berat lainnya. Mayoritas penjahat itu adalah pengidap PTSD di masa kecil.

Dalam kasus serial killer Bekasi, meujuk teori Eth dan Pynoos, korban Neng Ayu bakal mengingat kejadian keracunan itu seumur hidup. Terngiang di memori otak.

Dampaknya, kelak setelah dia dewasa, bisa negatif. Bahkan bisa jadi pelaku serial killer pula. Ini 'kan jadi ruwet. Ayah tersangka serial killer, anaknya menderita PTSD dengan risiko seperti itu. (*)

Sumber: