”Separuh Napas” di Bundaran HI

A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
Wahyu pulang, dan esok harinya ia menyerahkan jabatan Dan Grup C Paspampres, dan bergeser ke jabatan barunya sebagai Asisten Operasi Dankorpaskhas (2014 – 2015).
Jaga Komunikasi
Tak lama kemudian, Doni Monardo pun sertijab Dan Paspampres kepada penggantinya Mayjen TNI Andika Perkasa. Selanjutnya, Doni mengemban tugas sebagai Danjen Kopassus. Sekalipun begitu, komunikasi antara Doni dan Wahyu tak pernah putus.
“Beliau orang pertama yang menelepon dan mengucapkan selamat ketika saya dilantik menjadi Dan Paspampres, 27 Juni 2022. Menjelang KTT G-20 di Bali beberapa waktu lalu, pak Doni juga telepon saya, memberi saran-arahan terkait pengamanan 43 kepala negara. Beliau sangat care dengan Paspampres,” ujarnya.
Ia pun terkenang, saat di Paspampres dulu, ditugasi Doni Monardo untuk menanam ribuan pohon trembesi di sekitar bendungan Katulampa, Bogor. Juga area di dekat Jungle Land. “Kemarin saya lihat, pohonnya sudah tinggi-tinggi,” katanya, mantap.
Termasuk di lingkungan Markas Komando Paspampres di Jl. Tanah Abang II, Jakarta Pusat. “Banyak sekali pohon peninggalan beliau di sini. Dan semua anggota paham, jangan sekali-kali merusak pohon. Bahkan kalau mau nebang, seperti ada peraturan tak tertulis, harus minta izin dulu ke pak Doni,” katanya.
Kenangan Korea
Kesaksian Wadan Paspampres, Brigjen TNI (Mar) Oni Junianto tak kalah menarik. Ia ternyata sudah merasakan gemblengan Doni Monardo sejak tahun 2004, saat Doni menjabat Waasops Dan Paspampres (2004 – 2006). “Waktu itu beliau pangkat letkol saya kapten,” ujar Oni membuka kisah.
Saat itu, ia merasakan perubahan mendasar di tubuh Paspampres. Doni meletakkan dasar profesionalisme pada prajurit pengamanan presiden. Intensitas latihan ditingkatkan. Perlengkapan pun di-up-grade.
Tiba satu masa, Paspampres menyiapkan satu tim untuk mengikuti Pendidikan di Pasukan Khusus Korea Selatan, yang disebut Satuan 707. Semacam Satgultor (satuan penanggulangan teroris) kalau di Kopassus.
Jumlah pasukan Paspampres yang diberangkatkan ke Korea tercatat 15 orang. Doni Monardo paling senior. “Yang saya kagumi, beliau istilahnya tidak ‘mantul’ alias makan tulang, enak-enakan karena paling senior. Tidak. Pak Doni mengikuti semua tahapan latihan bersama kami. Betul-betul totalitas,” kenang lelaki kelahiran Pekalongan, Juni 1974 itu.
Sebelum latihan, Oni merasakan pelatih satuan 707 Korea sedikit under-estimated. Akan tetapi, Doni Monardo mengatakan, bahwa pasukan yang ia bawa berada pada level 8. Pelatih Korea sempat kaget dengan statement Doni yang diucapkan dengan sangat percaya diri.
Faktanya, semua prajurit Paspampres yang berlatih di sana, bisa mengikuti semua tahapan latihan. Latihan menembak, mampu. Kesamaptaan, tidak kalah. Fisik, prima. Sejak itu, pelatih Korea mulai percaya dan respek.
Istri Hamil Tua
Hal yang tak mungkin ia lupakan seumur hidup, adalah perhatian Doni Monardo terhadap hal-hal yang sangat pribadi dan bersifat humanis.
Sumber: