Abad Fikih

A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
Kiai Staquf belum banyak membocorkan kisi-kisi isi fikih peradaban itu. Mungkin masih harus dibahas dulu dalam muktamar fikih peradaban Senin depan.
Salah satu kisi yang diperlihatkan, misalnya, bagaimana umat Islam memandang penganut agama lain. Katakanlah terhadap Kristen. Selama ini ada sikap anti, benci, bahkan bermusuhan. Apakah memelihara sikap seperti itu akan menghasilkan peradaban manusia yang tinggi.
Setelah NU satu abad memperjuangkan ahli sunnah wal jamaah, maka pekerjaan besar abad berikutnya ini adalah membangun peradaban. Bukan main. Pekerjaan yang amat besar. Mendasar. Juga sensitif.
Tentu di puncak acara satu abad nanti baru akan dicanangkan bidang garap itu. Jangan harap minggu depan sudah akan terbit fikih peradaban yang bisa dibaca.
Merumuskan jenis fikih itu saja akan memakan waktu bertahun-tahun. Bahkan puluhan tahun. Apalagi Kiai Staquf bukanlah tipe ulama yang radikal. Kiai Staquf juga belum dikenal sebagai ulama langitan –sekelas KH Bisri Syansuri atau pun KH Wahab Chasbullah. Ia juga belum dikenal sebagai pemikir yang pernah melahirkan teori-teori pemikiran dalam Islam. Semuanya masih seperti ia simpan di otaknya.
Mungkin kini saatnya Kiai Staquf muncul sebagai pembaharu pemikiran Islam yang baru. Seorang pembaharu cenderung akan terlibat dalam kontroversi besar. Apalagi ini menyangkut peradaban. Jabatannya sebagai ketua umum PBNU memberikan jaminan bahwa akan banyak yang mendengarkan dan mengikutinya.
Kiai Staquf mungkin sudah begitu banyak terlibat di seminar internasional. Di forum seperti itu keluhan terhadap banyaknya doktrin intoleransi dalam ajaran Islam banyak sekali. Sampai pun mereka punya daftar ajaran Islam yang mana yang dimaksudkan itu.
Tentu perdebatan fikih peradaban ini hanya akan melibatkan para ulama, ilmuwan, dan elite di dalam NU. Terlalu berat. Lebih baik ikut datang yang jam 05.00. Yakni untuk bersama Habib Syech mengalunkan salawat bernada. (*)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan
Edisi 3 Februari 2023: Polda Bobol
Handoko Luwanto
Mungkin bom seberat itu disamarkan ke dalam tabung LPG 12kg. Atau bisa jadi disamarkan ke dalam galon air isi ulang. Hmm… atau dimasukkan ke dalam tanki truk muat air bersih. Dengan lebih dulu menyabotase kran air untuk wudu. Begitu melewati pos security-check, pelaku mengambil bomnya lalu masuk ke dalam masjid. Turut berduka bagi segenap korban bom di masjid Mapolda Peshawar.
Pryadi Satriana
Pryway: Islam 'Kanan' dan 'Kiri' Islam 'kanan'. Sebutan lain untuk 'Islam fundamentalis', yang 'literal' dalam pembacaan teks Kitab Suci, karenanya cenderung 'normatif' (baca: 'kaku') - termasuk dalam 'memaknai' sunnah nabi, yang 'ndhak dilakukan nabi' ya 'jangan dilakukan', contohnya: ziarah kubur. 'Jangan'-nya ditekankan, jadi 'haram'. Makna 'haram' pun berubah: 'yang dilarang Allah' menjadi 'yang tidak dilakukan nabi'. Kebablasan. 'Pembacaan literal' inilah yang jadi masalah, terutama kalimat: "Islam agama yang diridhoi Allah", diartikan: agama lain ndhak diridhoi Allah, berarti "ndhak masalah jika dimusnahkan". Pemahaman seperti inilah yang mendasari terorisme! Pemahaman ini 'ahistoris' - bertentangan dg sejarah - dan 'ndhak logis' ('illogical'). Islam ndhak 'ujug-ujug' ada dan satu2nya 'agama wahyu'. Ada Yudaisme, yg menyembah "Allah Ibrahim, Ishak, dan Yakub". Ada Kekristenan (Christianity), yg jg menyembah "Allah Ibrahim, Ishak, dan Yakub", yg jg disembah oleh umat muslim! Jadi, umat Yahudi, Kristen, dan Islam menyembah ALLAH YANG SAMA: "Allah Ibrahim, Ishak, dan Yakub"! 'Islam Kiri' adalah 'antitesis' dari 'Islam Kanan'. Islam yg "ndhak literal-tekstual", yang "mengakomodasi tradisi" shg disebut "Islam tradisional". Krn pengaruh "kiri" dalam politik, 'Islam Kiri' jg berarti 'Islam yg menerima pemikiran2 demokrasi & segala konsekuensinya', menjadikan 'berbau sekuler', shg disebut 'Islam Liberal', yg belakangan di-'reposisi'-kan sbg 'Islam Progresif'. Salam. Rahayu.
Handoko Luwanto
Tragedi di Pakistan sekali lagi mengingatkan kita betapa tak ternilainya "Bhinneka Tunggal Ika" di sini. Bayangkan di sana di dalam suatu faksi ada sub-sub faksi. Di dalam tiap sub faksi bisa jadi ada turunan sub faksi lagi. Wong sama-2 pakai nama Taliban tapi tak saling akur. Apa perlu Pakistan dijadikan negara kepulauan ? Dengan cara bikin terusan-2 yg melintasi daratannya. Lalu tiap "pulau" nya diserahkan ke masing-2 faksi.
Sumber: