Abad Banser

Abad Banser

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag

Filename: frontend/detail-artikel.php

Line Number: 116

Backtrace:

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view

File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once

Liam Then

A Peng dan A Mei Part 4 "Harus jalan"!! Begitu tekad A Peng semakin kuat , ketika ia kembali memandang ke A Mei. Belum lagi kalo ia ingat janji nya ke Papa A Mei, kelihatannya sederhana. Tapi mana ada pesan orang seperti Papa A Mei sederhana. Bon macet orang 1,5 tahun lalu saja masih ingat. Apalagi ini cek kontan 100jt. Selama masa kerjanya menjadi sales, A Peng menjadi sadar. Bos-bos pedagang itu, menjadi kaya dengan proses akumulasi. Beberapa kelihatan gampang dan cepat, karena titik mulai, atau "starting point" ,begitu yang ditulis nara sumber yang terkontaminasi bacaan barat. Kadang A Peng juga mengira-ngira , kenapa banyak istilah barat lebih mudah di pahami, lebih mudah di adopsi, ketimbang istilah dari bahasa sendiri. "Apakah karena proses pendidikan? Sastra bahasa lokal yang kurang berkembang?" "Peng, fokus-fokus" !!! A Peng kembali tersadar, sedikit kesal pada diri sendiri, entah semenjak kapan ia punya kebiasaan begini. Sering hilang fokus. Lihat korek gas yang di jual 2rb , harga grosir sebiji rp 800 , ia mikir ini pabrik gimana untungnya, di potong agen kecil, besar,importir, agen pabrik, pabrik-nya di Tiongkok sana dapat berapa?". A Peng semakin kesal, ia melantur lagi. Proses akumulasi, A Peng kembali, semangat, ia akhirnya bisa dapat kesempatan lebih awal, dengan titik awal yang lumayan di depan dengan cek kontan 100jt nya papa A Mei. Banyak usaha kecil sekarang trendnya minjam dari bank, kemudian di angsur perbulan. Bersambung

Fiona Handoko

pertama mengenal tragedi hindenburg dari edisi khusus (alm) majalah hai no 1 / viii. berjudul "petaka". jaman belum ada internet, sangat mengasyikkan untuk dibaca. dipikir lagi, mungkin pim red majalah hai waktu itu "kulakan" ide dan borong buku2 di luar negeri, lalu ditulis dalam bahasa indonesia. seperti bpk eric samola selalu mendorong tempo untuk diversifikasi produk nya. untung ambisi beliau terpenuhi dan tercapai di jawa pos. edisi khusus majalah hai tersebut memuat artikel kecelakaan titanic, kapal morro castle, rakit medusa, kapal andrea doria, hindenburg, jumbo jet klm vs panam, uruguay air force flight 571 (kanibalisme utk hidup). menurut majalah hai, penyebab utama kecelakaan hindenburg adalah isi gas balon zeppelin. yg saharusnya helium diganti hidrogen. helium anti api, hidrogen mudah terbakar. saat itu produsen utama helium adalah amerika serikat, dan amerika mengembargo jerman.

Fiona Handoko

melihat PNM pemerintah untuk maskapai garuda th 2022 "hanya" 7.5 T. uang yg dibakar gautam adani 1.500 T. bisa dipakai untuk menyelamatkan 200 maskapai garuda.

Udin Salemo

Kaya dari dagang saham? Sangat mudah sekali bagi yang sudah menggelutinya bertahun-tahun. Mereka adalah orang yang sudah hafal permainan bandar. Sudah paham karakter saham. Sudah hafal musim apa harus dagang saham apa. Sudah khatam kapan entry buy kapan entry sell. Di luar kepala mana yang bid palsu mana yang bid beneran. Hafal saham apa yang "digoreng" sangat keterlaluan. Sudah tahu mana pengurus perusahaan Tbk yang benar-benar niatnya mau membesarkan perusahaan dan memberikan keuntungan bagi pemegang saham. Mahir analisis data dan fundamental perusahaan terbuka alia Tbk. Mereka yang kaya dari saham adalah orang yang sangat sabar. Orang yang terbiasa menghadapi roller coaster harga saham. Dan mereka adalah orang yang sangat bisa menata emosi. Dan juga mereka adalah orang yang mengendalikan psikologi dagang dengan sangat baik. Seorang pelaku pasar modal membuat buku. Dia seorang scalper fenomenal. Di tahun 2021, -kalau saya tidak salah- bermodal 220 juta dalam enam bulan dia bisa meraup uang tunai 14 miliar dari dagang saham. Bekti Sutikna dia punya nama. Saya beli buku karangannya. Saya baca dua kali. Sampai saat menulis ini saya tak ingat apa yang tersisa di otak saya dari membaca buku itu. Setidaknya dari membaca buku Bekti Sutikna saya berani membuka akun di M** A**t Sekuritas. Kalau alm KH. Zainudin MZ pernah dapat julukan kyai sejuta umat. Perusahaan sekuritas itu pernah disebut oleh seorang investor terkenal sebagai perusahaan sekuritas sejuta umat. -bersambung-

Budi Utomo

Betul Bung Leong. Membuang sampah pada tempatnya harus dilatih sejak taman kanak-kanak. Dliatih bukan dinasihati. Dibiasakan. Seperti di negara-negara Skandinavia (Finlandia, Denmark, Norwegia, Swedia) atau Jepang. Sampah macam botol plastik atau pembungkus makanan dimasukkan ke saku atau tas. Kalau di sini? Ibu-ibu bisa marah-marah bila menemukan saku atau tas anaknya ada sampah. Mereka akan mengomel: Mengapa tidak dibuang di jalan saja???!!!! Wakakakaka

Leong putu

"Besok berangkat lebih pagi, supaya tidak kena macet !". Begitu pesan bagian personalia, hari Senin, saat jam kantor telah usai. Menyikapi pengalihan arus lalu lintas saat resepsi puncak satu Abad NU, hari ini. Saya akhirnya memang berangkat pagi, kena macet ? Ya, kena. Kok bisa ? Ya iya lah…wong saya berangkat pagi bukan untuk menghindari macet. Saya berangkat pagi, tapi bukan cari jalur alternatif, saya menuju pusat kota, nekat. Cari apa ? Ingin lihat-lihat. Lihat-lihat apa ? Mbak² yg cantik² ikut acara Harlah satu abad NU ? Bukan. Trus lihat² apa ? Sampah. Loh kok ? Iya, saya penasaran. Tidak terima dibanding - bandingke. Kapan hari ada acara di Solo, katanya tdk ada sampah berserakan sama sekali. Berhasil ? Gagal. Sudah tdk bisa masuk lebih jauh. Akhirnya saya balik kucing, ngebut. Cari jalan alternatif berangkat kerja. Macet. Terlambat. 3 menit. Sore ini, pulang kerja. Saya niatkan. Agar bisa lewat keramaian itu. Bisa. Ada sampah ? Banyak. Sedih ? ya. Kecewa ? ya. Malu ? ya. sekitar lokasi penuh sampah. Besar kecil, botol kertas, plastik karton. Banyak. Jorok. Di jalan, dimana-mana. Kantong plastik hanya jadi penonton.(andai seperti WA, bisa menyertakan foto) Pemikiran besar. Saya setuju. Pemikiran moderen. Ok. Tapi kalau bisa jangan dulu terlalu tinggi, nanti ketabrak pesawat. Masyarakat kita belum siap semua. Membuang sampah pada tempatnya adalah peradaban mulia. Kalau ini tidak bisa, kita tidak bisa ajarkan hal mulia lainnya ke anak cucu kita. Salam. End.

*) Dari komentar pembaca http://disway.id

Sumber: