Kejamnya Dirimu, Wahai Suami Siri
Tapi jangan salah. Di alam liar, terjadi persaingan gacor-gacoran antar jantan. Terjadi perkelahian sengit. Duel maut. Demi kawin. Lha… karena tidak ada betina yang mau mendekat ke burung jantan kuthuk, pendiam, membisu. Buat apa?
Dalam perspektif betina, menurut riset National Geographic, betina mau dikawini si gacor dengan harapan agar anak-anak mereka menurun bakat bapaknya. Suara anak kelak bakal cempling (sebab, 'kan masih piyik). Mirip teori Buss: Motif memperbaiki keturunan.
Dari perselingkuhan itulah muncul kecemburuan. Tepatnya, Buss menyatakan, cemburu adalah sinyal dari perselingkuhan pasangan. Contoh, suami yang cemburu, berarti ia menangkap sinyal perselingkuhan isterinya. Kecuali pada pria posesif, cemburu buta. Tidak melihat sinyal apa-apa (buta) tahu-tahu cemburu.
Berarti, cemburu dan selingkuh, merujuk teori Buss, adalah bawaan manusia purba hingga kini. Bahkan pada burung. Di urusan ini, manusia belum modern. Walau sudah ada tanda-tanda gerakan wanita ogah nikah di China. Atau, pria punya simpanan robot cewek di Jepang. Tapi, akankah hidup terasa sepi?
Di kasus Sulistyo, ia mengaku ke polisi: "Sudah habis banyak." Untuk ukuran tukang ojek pangkalan. Mungkin maksudnya, Sulistyo sudah berusaha habis-habisan cari duit buat menafkahi Fetty. Sampai dibela-belain tidak mudik lima kali lebaran (dipotong dua kali akibat Covid-19, ya…) cuma untuk dirimu (wahai Fetty).
Merujuk NatGeo, Sulistyo sudah berusaha gacor. Mati-matian. Dan, Fetty sudah dalam pelukan Sulistyo. Lima tahun.
Sayangnya, di alam liar pastinya banyak burung gacor. Pamer kegacorannya. Dari situ mungkin Fetty tertarik salah satunya. Berharap punya anak yang cempling. (*)
Sumber: