Strategi Perampok Pilih Korban
Perampok berusaha menghindari wanita. Lebih memilih target pria. Sebab, secara kodrati, wanita gampang berteriak. Meskipun tenaga lebih lemah dibanding pria.
3) Deteksi rendah. Perampok mempelajari sekitar area rumah target.
Misal, adanya CCTV, tempat berkumpulnya orang, dan pos penjagaan satpam. Ini adalah jenis area deteksi tinggi. Perampok ogah main ke situ.
Mereka pilih lingkungan target yang tidak ada hal-hal di atas. Yang paling mereka takutkan adalah kerumunan orang di sekitar lokasi.
Meskipun Teori B&N hasil riset di Belanda, tapi rincian teorinya bersifat universal. Bisa diterapkan di negara-negara berkembang. Buktinya, banyak dipakai kriminolog generasi sesudah teori tersebut lahir.
Dikaitkan dengan perampokan rumah eks Ketua Komisi Yudisial, tampak pada hasil interogasi polisi terhadap tersangka. Dituturkan Kapolresta Bandung di atas.
Bahwa, tersangka Aditya menilai Jaja cukup berduit (teori B&N nomor satu). Juga tersangka menilai Jaja (usia 58) tidak kuat (teori B&N nomor dua). Masuk dalam analisis B&N.
Aditya meleset di teori B&N nomor tiga. Terbukti, polisi sangat terbantu oleh rekaman kamera CCTV. Di situ profil motor terlacak polisi.
Bisa jadi, tersangka tidak memperhatikan CCTV di sekitar area target. Atau, ia terlalu puyeng butuh duit segera. Dan sudah lelah muter-muter empat setengah jam. Sehingga ia memaksakan target.
Polisi menerapkan Pasal 365 KUHP. Pencurian dengan kekerasan. Atau perampokan. Sebab, ia datang ke TKP sudah bersenjata clurit. Ancaman hukuman sembilan tahun penjara.
Polisi melapisi Undang-Undang Darurat nomor 12 tahun 1951. Ancaman hukuman 20 tahun penjara.
Baik kondisi korban maupun tersangka, sama-sama bisa diambil pelajaran oleh publik. Semoga manfaat. (*)
Sumber: