Safari Nanjing

A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
Di Nanjing ini saya lihat ada tiga wakil imam. Dengan igal kepala yang sama. Tapi di antara tiga itu hanya satu yang bajunya persis baju imam. Seperti jas panjang dengan gambar bendera Tiongkok di dada. Di beberapa masjid lain, wakil imam itu sampai 6 orang.
Saya pun sudah biasa: ketika imam selesai membaca Al Fatihah tidak perlu mengucapkan ''amin'' dengan suara keras dan panjang. Cukup ''amin'' dengan lirih dan pendek. Saya selalu ingat zaman dulu. Di masjid Beijing. Begitu imam selesai membaca Al Fatihah saya sontak meneriakkan ''amin'' keras dan panjang. Ternyata saya sendirian melakukan itu.
Salat cara Hanafi simpel. Tangan tidak pernah diangkat. Baik sehabis ruku maupun sehabis tahiyat. Juga tidak pakai wirid bersama. Begitu salam, jamaah bubar. Hanya sebagian kecil yang salat sunnah ba'dal magrib.
Di lantai bawah meja makan sudah penuh makanan. Ada tujuh piring besar. Masing-masing penuh dengan makanan: sayur, daging, telur dadar, mie dan roti.
"Tarawih di sini?" tanya imam.
"Tidak," jawab kami. "Kami ada urusan lain".
Kami memang sudah janjian makan malam dengan para mahasiswa itu. Saya serahkan ke mahasiswi mau makan besar di mana. Mereka pilih di restoran Aladin. Sekitar 1,5 km dari masjid.
"Siapa yang pilih resto ini," tanya saya.
"Sasa," jawab Ika.
Sasa bijaksana. Ia Hindu. Ia pilihkan resto halal. Itulah resto Xinjiang. Dengan satenya yang besar-besar. Dengan tusuk satenya berupa ranting pohon dari Xinjiang.
Selesai makan barulah mereka minta bisa diskusi dengan saya. Seru juga. Ini kali kedua saya makan bersama mahasiswa kita di Nanjing. Setelah lima tahun tidak ke Nanjing. (*)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan*
Edisi 16 April 2023: Safari Tianjin
Riyono ,SKP
Dari kata : Ron (=Daun,Jawa) dha(kata sambung,yang) bolong(berlubang). Memang jika diucapkan sama seperti randha(janda) bolong.
Leong Putu
Liverpool = Liverpoor
Yusuf Ridho
Dalam bahasa Indonesia ada istilah "sepur". Sepur berasal dari bahasa Belanda, "spoor". Spoor diadopsi sehinga menjadi sepur, lalu diartikan sebagai "kereta api". Padahal, makna asal spoor adalah jalur dengan dua rel yang harus dilintasi dengan rel. Jadi, lebih merujuk pada "rel"-nya, bukan lokomotif atau gerbongnya. Jadi, di sini sudah ada pergeseran makna. Hal seperti ini lazim ditemukan dalam BI. Contoh lainnya, takjil, samurai, dan tasbih. Demikian
Sumber: