Tak Sengaja Didik Anak Jadi Penganiaya

A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
Jika ortu terjerumus memanjakan anak, ya itu tadi. Anak setelah dewasa bertindak semaunya sendiri.
“Itu menyebabkan kemerosotan nilai moral. Terlihat jelas saat ini (di Amerika Serikat) karena kaum muda sekarang tidak memiliki nilai etika dasar. Bahkan, cenderung melakukan tindak pidana.”
Dr Opara, pendidik di Amerika keturunan Afrika itu, menjelaskan detil tentang pendidikan yang memanjakan dengan pendidikan disiplin. Bedanya sangat tipis. Yang jika ortu tidak belajar pada ilmu yang benar, maka bisa terjerumus.
Sesungguhnya, tanpa arahan asisten profesor Amerika itu pun, secara tradisional masyarakat kita sudah paham tentang beda antara disiplin dengan memanjakan. Kultur pendidikan di Indonesia sudah baik. Soal beginian kita tidak perlu diajari orang Amerika.
Tapi, terbukti ada kasus Mario menganiaya David. Dilanjut, Aditya menganiaya Ken. Masyarakat bisa menyaksikan itu di video, betapa brutal mereka menganiaya. Seolah cuma mereka yang berhak mengendalikan orang lain.
Peringatan dari netizen soal perilaku Aditya nyetir mobil, juga perilaku Isnaini mengajari anaknya nyetir, jelas bahwa itu memanjakan anak. Biasanya, orang pandai mengawasi orang lain. Tapi sulit melakukan untuk diri sendiri. (*)
Editor: Sugeng Irawan
Sumber: