Tika Bima

A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
Mungkin Tika lagi mempertimbangkan apakah memadai berkubang-kubang tigas jam ke rumah Bima tanpa bertemu ayahnya. Tapi saya punya pengalaman panjang soal beginian. Kegigihan akan memberi hasil yang kadang di luar perkiraan.
Tidak ada tanda Tika mengeluh. Dia berangkat. Dia hanya bertanya apakah masih memadai ke desa yang begitu jauh. "Setidaknya, di sepanjang perjalanan, Anda bisa menghitung ada berapa ratus kubangan menuju rumah Bima," kata saya.
Maka pukul 09.10, Minggu pagi, Tika berangkat dari rumahnya. Dia naik sepeda motor milik sendiri. Bukan milik kantor. Tidak ada lagi media yang memberi kendaraan pada reporternya.
Jerih payah Tika membuahkan hasil. Dia ternyata bisa bertemu keluarga Bima. Lengkap. Kakaknya, ibunya dan akhirnya ayahnya. Rupanya semua lubang di sepanjang jalan ikut mendoakan Tika.
Malam itu juga Tika sudah kirim tulisan. "Tulisan Anda bagus," komentar yang saya kirim ke HP Tika.
"Sebenarnya saya wartawan TV. Tapi kadang membantu menulis di Radar Lampung Tengah. Kantornya jadi satu," jawab Tika.
Hasil wawancara Tika itu sudah saya tulis di Disway kemarin. Hari ini saya menurunkan tulisan Tika, khusus mengenai lubang-lubang dajjal di sepanjang jalan itu. Saya juga menyertakan foto-foto yang dibuat Tika:
*
Oleh: Tika
Baru berkendara 4 kilometer dari rumah saya, tepatnya di jalan perbatasan Kampung Mujirahayu hingga Kampung Gayausakti, Kecamatan Seputih Agung, saya sudah harus melintasi jalan yang rusak. Panjangnya kurang lebih 1,5 kilometer. Jalan yang penuh dengan lubang yang cukup lebar. Gundukan tanah. Batu sisa-sisa timbunan. Batu-batu aspal yang terkelupas. Ditambah bagian-bagian becek karena beberapa hari lalu diguyur hujan.
Kondisi jalan tersebut membuat saya harus mengendarai sepeda motor dengan pelan. Ekstra hati-hati. Jika tidak, saya bisa tergelincir.
Setelah melintasi jalan tersebut, akhirnya saya bisa sedikit merasakan jalan mulus. Namun lagi-lagi saya harus melintasi jalan rusak yang berlubang. Terdapat banyak batu besar yang sebelumnya digunakan untuk menimbun lubang-lubang yang dalam.
Setelah itu tibalah saya di jalan berlumpur. Yakni di Kampung Donoarum, Kecamatan Seputih Agung.
Alhamdulillah, setelah melewati kurang lebih 250 meter saya bisa merasakan jalan yang cukup mulus. Dari Kecamatan Seputih Agung sampai Kecamatan Kotagajah. Lancar. Beberapa titik kerusakan jalan di Kecamatan Kota Gajah tidak terasa.
Saat memasuki wilayah Kabupaten Lampung Timur, saya kembali disuguhi jalan yang berlubang-lubang. Terutama di Jalan Raya Purwosari, Kecamatan Batanghari Nuban.
Meski tidak terlalu parah, sepanjang kanan dan kiri jalan banyak yang berlubang. Atau tambalan. Saya harus berhati-hati saat melintasinya.
Sumber: