Manis dan Realistis, Kecuali buat Fans Han-seo
Beginilah. Dengan berat hati, kita harus berpisah dengan Vincenzo. Sang corn salad yang ganteng dan ajaib. Secara keseluruhan, serial ini berakhir dengan memuaskan. Ending-nya dengan cerdik menggabungkan plot mafia yang realistis dengan fairy tale khas K-drama yang manis.
*** INI akhir yang sempurna. Semuanya happy. Berkilo-kilo emas—yang sejak awal jadi alasan Vincenzo Cassano datang ke Korea—sudah kembali ke tangannya. Semua orang yang membantu mengamankan sudah mendapatkan bagian masing-masing. Vincenzo (Song Joong-ki) pun akhirnya jadian dengan Hong Cha-young (Jeon Yeo-been). Sementara itu, para penjahat sudah dihukum berat. Dan keadilan—sekali lagi—menang. Setelah dibantu habis-habisan oleh ketidakadilan. Bos Babel, Jang Han-seok (Ok Taecyeon), plus dua kaki tangannya dari Wusang, Choi Myung-hee (Kim Yeo-jin) dan Han Seung-hyuk (Jo Han-chul), semua mati dengan cara mengenaskan. Vicenzo, yang selalu kalem itu, bertindak supersadis. Banyak adegan berdarah-darah yang mestinya diberi rating 19+. Ada collateral damage memang. Dan itu sangat menyakitkan buat fans Jang Han-seo (Kwak Dong-yeon). Harapan penggemar agar ia mendaptkan kebahagiaan tidak didengarkan oleh writer-nim (penulis naskah) Park Jae-bum…
Di Mana Kejutannya?
Well, ending seperti ini sebenarnya sudah bisa ditebak oleh fans. Karena drama ini bergenre dark comedy. Bukan action thriller yang membuka peluang plot twist mengerikan ala Game of Thrones. Semua akan happy pada akhirnya. Namun, cara Park Jae-bum dan sutradara Kim Hee-won membangun plot sekaligus ketegangan menuju akhir itu yang patut diapresiasi. Sejak awal, kekuatan antara Vincenzo dan Grup Babel dibuat seimbang. Mereka saling membalas. Tak jarang Vincenzo kalah. Rencananya mengalami kemunduran. Namun, setelah lewat pertengahan musim, ia tak mau main-main lagi. Terlebih setelah Han-seok dan Myung-hee semakin mudah menghilangkan nyawa mereka yang tak bersalah. Terutama ibu Vincenzo. Pengacara keluarga Cassano itu semakin serius menjalankan cara-cara mafia. Fokusnya tak lagi mempermalukan Babo (julukan sayang geng Jipuragi buat Jang Han-seok). Tapi menjatuhinya dengan hukuman yang paling menyakitkan. Itulah jawaban mengapa setelah episode ke-16 Vincenzo menjadi terlalu kuat. Ia sejak awal memang sudah kuat. Ia smart, kejam, dan punya skill untuk mengontrol banyak pihak. Bayangkan saja ia Tom Hagen (Robert Duvall), consigliere Don Vito Corleone di film klasik The Godfather. Tapi versi cute. Hehehe. Sementara lawannya hanyalah bocah psikopat. Dari segi strategi, Han-seok banyak disetir oleh mantan jaksa korup Choi Myung-hee. Sedangkan eksekusinya menggunakan koneksi sang bos Wusang, Hang Seung-hyuk. Sebenarnya Han-seok tidak kuat-kuat amat. Hanya sangat bernyali. Kolaborasinya dengan dua pengacara Wusang itu membuatnya bisa melakukan banyak hal. Dan ketika bidak-bidak Babel (para politisi, kepala polisi, menteri, dan kepala daerah korup), secara dramatis dihabisi oleh Vincenzo, ia tidak punya pertahanan lagi. Han-seok jadi mirip Voldemort yang sudah kehilangan horcrux. Tinggal menunggu kehancuran. Dan keputusan produser Vincenzo untuk rehat setelah episode 16 sangat tepat. Empat episode terakhir terasa sekali ditulis dengan cermat. Rapi. Tidak ada plot hole. Tidak tergesa-gesa. Dan semuanya masuk akal. Bahkan Guillotine File yang sempat mendistraksi kita dari plot utama ternyata malah menambah keseruan.Han-seo Berhak Bahagia
Kalau ada yang bikin nyesek, itu adalah kematian Jang Han-seo. Bukan saja karena karakternya yang makin lovable. Tapi cara matinya sedikit tidak masuk akal. Aksi ceroboh Vincenzo oleh fans disebut sebagai plot hole. Padahal mungkin memang dibuat begitu oleh Park Jae-bum. Jang Han-seo ditembak Han-seok, saat menghalangi sang kakak membunuh Vincenzo. Padahal, beberapa detik sebelumnya, ia sudah berhasil memukul mundur Han-seok. Dengan tongkat hoki. Fans gemas. Kenapa saat itu Vincenzo tidak membantu Han-seo melumpuhkan Han-seok. Ia malah berupaya membawa Cha-young kabur. Jika Vincenzo fokus membantu Han-seo, bocah innocent itu tidak perlu mati. Mereka bisa saling bantu mengalahkan Han-seok lebih awal. Dan setelah itu, Vincenzo tetap bisa mengurus Cha-young. Semua senang, kan? Oh, tidak bisa begitu. Ada dua prinsip yang dipegang teguh Vincenzo sebagai anggota mafia. Pertama, ia tidak akan melukai perempuan dan anak-anak. Juga tidak akan menempatkan mereka dalam bahaya. Serta sekuat tenaga bakal menghindarkan mereka dari collateral damage. Kedua, sampai kapan pun, villain tidak akan hancur. Karena mereka sangat gigih. Meskipun sedang jatuh cinta. Ya, itulah yang terjadi pada malam brutal tersebut. Vincenzo sedang jatuh cinta. Tatapannya kepada Cha-young jelas-jelas bucin (budak cinta, Red) Tembakan Han-seok tidak mengenai organ vital Cha-young. Tapi bisa fatal kalau dia kehilangan banyak darah. Kalau ternyata kegigihannya memakan korban Jang Han-seo, siapa yang peduli? Ah, sedih sekali. Padahal, setelah bertahun-tahun disiksa secara fisik dan mental oleh Han-seok, ia akhirnya menemukan keberanian dan kebahagiaan. Ia mendapatkan sosok hyung baru pada Vincenzo. Sayang, kebahagiaan itu tak berlangsung lama… Kesedihan atas kematian Han-seo membuat separo fans tidak menikmati akhir love line Vincenzo dan Cha-young. Sejak awal, hubungan mereka dibuat seperti bertepuk sebelah tangan. Namun, Cha-young tidak menyerah. Tanpa mengejar berlebihan, dia menunjukkan kepedulian dan kasih sayang kepada Vincenzo. Yang dibalas pada saat yang sangat tepat. Ciuman mereka di Dongdaemun Design Plaza, Seoul, sangat manis. Simpel dan realistis. Tidak menye-menye. Pernyataan cinta Vincenzo juga tidak mengandung kata saranghae. Namun semua tahu, itu adalah ajakan untuk bersatu. Duh, tampaknya bakal sulit move on dari serial ini… (*)Sumber: