LP3ES: Separuh Rakyat Indonesia Makin Takut Menyatakan Pendapat
A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
AMEG - Survei terbaru LP3ES menyatakan, lebih dari separuh masyarakat Indonesia mengaku makin takut menyatakan pendapat, berpekspresi, berkumpul dan berserikat. Temuan itu didasarkan hasil survei di 34 kota pada 8–15 April 2021.
Menurut peneliti LP3ES, Erwan Halil, sebagian besar masyarakat (52,1 persen) setuju bahwa ancaman kebebasan sipil meningkat. Akibatnya, ketakutan masyarakat berpendapat, berekspresi dan berkumpul dan berserikat, meningkat, padahal itu fondasi penting kebebasan.
“Situasi dan kondisi itu diperkuat dengan kinerja sektor pemerintahan, dimana kebebasan berorganisasi/berpendapat, mendapat penilaian publik hanya sebesar 59,2 persen,” tambah Erwan Halil Rabu (5/5/21).
Pada Konferensi Pers dan Diskusi bertajuk “Pelembagaan Partai Politik dan Isu-Isu Aktual Menuju 2024” di Kawasan Menteng, Erwan menjelaskan, masyarakat secara intens masih mengikuti perkembangan informasi sosial dan politik melalui media massa dan sosial media.
“Lewat Media, masyarakat memberikan perhatian pada isu-isu yang dianggap penting, seperti konflik Partai Demokrat, korupsi Bansos, Asabri, bom bunuh diri Makassar, hingga kontestasi Parpol serta kandidat Capres menuju 2024,” kata Erwan Halil.
Sementara itu, menanggapi hasil survei itu, Peneliti LIPI, Prof Firman Noor, menyampaikan, perhatian masyarakat pada isu-isu seperti konflik partai, merupakan indikasi pentingnya memperkuat kelembagaan politik di tanah air.
“Perhatian yang besar dari masyarakat pada isu sosial dan politik sangat baik dalam membangun rasionalitas demokrasi,” kata Firman. (ar)
Sumber: