Memburu Para Pendosa di Balik Kearifan Tembakau

Memburu Para Pendosa di Balik Kearifan Tembakau

Oleh: Imawan Mashuri*   PENELITI pada John Hopkins University seperti menambahkan "seonggok jerami", di saat banyak orang sedang mencari "jarum" dalam onggokan jerami sebelumnya.   "Seonggok jerami" baru itu adalah artikel yang ditulis Beladenta Amelia, dari Institute for Global Tobacco Control, John Hopkins University, terbit pertama pada the conversation dan dikutip koran.tempo.co; Ancaman di balik kesuksesan Gadis Kretek.   Tentu, tambah sulit saja "jarum" itu dicari.   "Jarum" itu ialah sang pendosa, yang selama ini mengangkangi tembakau. Bahkan menjelma seolah tembakau itu sendiri; yang menyebar ancaman pada kesehatan.   Maka tembakau terus saja dituduh. Pendosanya kipas-kipas melenggang; santai melumurkan zat-zat kimiawi pada tubuh tembakau untuk rasa lezat buatan. Terutama yang digiling menjadi rokok.   Tembakau, seperti sudah bukan lagi kearifan ciptaanNya. Kemurniannya yang sebenarnya telah terbukti sebagai anti oksidan, jauh tertutup oleh perbuatan sang pendosa.   Maka tembakau terus terstigma sebagai racun, menjadi public enemy; musuh bersama. Karena, pada rokok --yang telah dilumuri zat kimia buatan pendosa itu-- bila dibakar, menimbulkan partikel padat karsinogenik yang membahayakan.   Memelihara Musuh   Tapi sebagai musuh, rokok tidak benar-benar ingin dilenyapkan. Bahkan perlu dipelihara. Karena stigmanya bisa dijadikan imajinasi umum, jadi kambing hitam. Oleh siapa saja yang berkepentingan. Sebut saja; oknum. Di banyak posisi kekuasaan. Di banyak negara.   Kepada industri, oknum tampil sebagai pembela. Karena dia sesungguhnya adalah juga pemainnya.   Berjejaring, meski tidak langsung. Dalam bentuk barang jadi atau perangkat pendukungnya. Juga regulasinya. Global. WHO ikut menentukan ambang batas kelayakannya.   Kontribusi ekonomi global dari industri ini, demikian luar biasanya. Lihatlah satu saja perusahaan multi nasional terbesarnya; Philip Morris. Perusahaan asal Swiss yang bermarkas di New York itu mengkapitalisasi pasar dunia senilai USD 146, 04 Miliar atau 2, 23 Kuadriliun rupiah. (1 kuadriliun = seribu triliun). Menempatkan sang Boss; Jacek Olzak sebagai orang paling berpengaruh di dunia sigaret.   Di dalam negeri, kakak beradik Robert Budi Hartono dan Michael Hartono jadi orang terkaya dengan aset 384, 65 Triliun rupiah dan 367, 38 Triliun rupiah. Keduanya pemilik Pabrik Rokok Djarum Kudus.   Gudang Garam juga sudah membantu ikut membangun bandara dengan biaya Rp. 17 triliun. Bandara itu dekat dengan pabriknya di Kediri. Bisa memudahkan impor tembakau dan ekspor rokok bila diperlukan.   Siapa tahu, bisa direct flight ke China. China penghasil tembakau terbesar dunia. Juga konsumen rokok tertinggi.   Kepentingan pajak ada di balik industri rokok. Karena sumbangannya begitu berarti untuk belanja negara RI. Tahun 2022 saja telah tercapai 226, 88 Triliun rupiah. Tahun 2023 dan 2024 alias di tahun politik ini, diharap bisa tembus 300 Triliun per tahun.   Demi Kemanusiaan   Tapi dalam wajah lain, balik muka, seratus delapan puluh derajat, seolah demi kemanusiaan; harus memberantas rokok. Stigma racunnya diperkuat. Toh racun-racun adonan para pendosa, benar-benar bisa jadi bukti. Akademik.   Segala hal dicermati. Siapa dan apa pun saja dipakai. Dimanfaatkan. Menggugah macan, supaya mengaum sendiri, ataupun dikendalikan.   Menekan ujung, untuk supaya ujung lainnya berbunyi sendiri. Atas nama apa saja. Dinarasikan oleh benar-benar independen para peduli kemanusiaan, para pejuang kesehatan rakyat, maupun setting.   Membuat promo di atas promo dan iklan di atas iklan. Yang untung tetaplah industrinya. Dihajar covid pun, tambah perkasa.   Rem dan gas ada dalam satu kekuasaan pengemudi.   Aroma tangan-tangan NWO, New World Order merebak, menentukan rute kekuasaan. Setelah mengendalikan energi, kemudian medicine lalu sigaret.   Ada Gajah di dalam ruangan.Tapi media maupun penggemar serial Gadis Kretek luput mencermati bahayanya, kata Beladenta Amelia.   Gajah itu, ialah rokok kretek yang jadi poros cerita Gadis Kretek. Orang-orang hanya ramai tepuk tangan suksesnya serial itu menduduki rating tertinggi di enam negara lewat tayangan Netflix, dan menembus Busan Film Festival. Film seperti itu --yang banyak menampilkan asyiknya adegan merokok-- diposisikan sama dengan sembilan program terpopuler di Amerika, yang telah menarik perhatian anak muda 15 - 24 tahun, dan menyebabkan 25 juta dari mereka terpapar.   Hitungan angkanya dari studi Truth Initiative '21.   Tapi dalam hal Gadis Kretek, kita tidak menemukan ada oligarki di balik hadirnya serial itu. Maka agak sulit menuduh; serial itu adalah promosi halus, atau taktik promo di balik ketatnya aturan iklan pada berbagai media.   Karya para sineas muda Indonesia pada serial itu, bahkan mengingatkan, ada warisan budaya yang luar biasa, ialah Kretek yang mesti dirawat.   Jeng Yah (Dian Sastrowardoyo), tokoh sentralnya --begitu sehat dan kuat dalam pendiriannya, cermin pekerja keras-- selalu merokok. Menghisap dalam-dalam asapnya. Lewat hidung. Natural sekali. Para perokok ikut menikmati sedotan Jeng Yah.   Dia mati bukan karena rokok. Tapi karena menderita selama dua tahun dalam penjara. Cintanya pada Soeraja (Ario Bayu), juga dirampas kejamnya situasi politik tahun 65an.   Kisah itu menguatkan bahwa kretek yang terbuat dari tembakau asli, dengan saos yang diracik dari kekayaan alam, adalah kearifan lokal, bersanding dengan kopi dan kelezatan alamiah yang mesti diperjuangkan.   Rokok Sehat & Obat   Di Malang, perjuangan itu berhasil gemilang. Jati diri tembakau dengan segenap manfaatnya, dibuktikan, justru setelah digiling jadi rokok. Dengan terlebih dahulu ditambahkan suatu formula.   Formula itu hasil penelitian lebih dari 15 tahun. Ditemukan oleh Dr Gretha Zahar, ahli kimia radiasi, yang kemudian dielaborasi oleh Prof Sutiman Bambang Sumitro, ahli biologi nano dari Universitas Brawijaya, melibatkan tim yang terus meneliti; Institut Molekul Indonesia.   LPPRB (Lembaga Penelitian Peluruhan Radikal Bebas) juga didirikan, untuk pendalaman atas penelitian itu. Formula itu disebut scavenger, ialah formula yang bisa menangkap, mengendalikan dan meluruhkan radikal bebas melalui asap yang diformulasi ukuran nano.   Bisa menembus sel untuk memenuhi kebutuhan sel menjadi koloni besar yang berdaya bagi kesehatan organ kehidupan.   Rumah Sehat juga didirikan di kawasan Universitas Malang. Di sana, pasien dibalur. Asap rokok sehat ditiupkan ke lubang hidung, telinga dan seterusnya. Juga dirokok. Dengan cara itu, Tuhan telah memberikan kesembuhan untuk berbagai penyakit; kardiovaskular, jantung, stroke, tekanan darah, diabet, lupus, autis dan banyak lagi.   Rokok sehat --berbahan baku tembakau murni yang otomatis sudah anti oksidan-- juga diproduksi untuk khalayak terbatas. Oleh PT Rumah Sehat Ilmiah Indonesia; Rokok Nano. Merknya juga Nano dan Raho Club. Menyusul pendahulunya; Divine.   Temuan ini disebut oleh guru besar patologi anatomi FK Undip, Prof Sarjadi, sebagai maha karya ilmu pengetahuan, dan menjadi tonggak peningkatan kesehatan manusia berdasarkan kearifan lokal.   Maka, tembakau bukanlah musuh. Nikotin, juga ada pada tetumbuhan lain. Terong, tercatat oleh healthfully memiliki nikotin tinggi, 100 nanogram (ng) pergram. Tomat hijau 43,8 ng. Kol 16, 8 ng. Bahkan kentang, dengan 7,1 ng. Regulasi tidak boleh diskriminatif.   Peneliti UGM, Dr Totot Sudargo mengatakan, dua senyawa tembakau; flavonoid dan fenol adalah senyawa bioaktif, anti oksidan dan sangat diperlukan untuk kesehatan. Tembakau tidak berdosa.#  

KA Mutiara Bandung-Surabaya, 15 Desember 2023.  

*Imawan Mashuri, founder Arema Media Group, JTV dan beberapa media di Indonesia.

Sumber: