Menyeret Penonton ke Jurang Demensia

Sabtu 17-04-2021,09:29 WIB
Reporter : Retna Christa
Editor : Retna Christa

MALAM-MALAM di Festival Film Sundance, biasanya diisi dengan film-film paling menyeramkan yang pernah ada. The Blair Witch Project, Saw, Hereditary, hingga Get Out, bergantian mengisi slot tengah malam. Hanya buat penonton yang punya nyali. 

Namun tahun lalu, tepat sebulan sebelum pandemi Covid-19 membuat industri film mati suri, Sundance menjadi ajang premiere film yang lebih mengerikan dari sinema horor mana pun.

Bukan soal pembunuh sadis atau hantu gentayangan. Bahkan genrenya bukan horor. Namun, kengerian hidup sembari bertarung dengan demensia sukses menghantui siapa pun. 

The Father, yang diputar kali pertama di Sundance 2020, sempat menipu kita. Film ini memang mengisahkan hubungan seorang ayah, Anthony (diperankan dengan dahsyat oleh Anthony Hopkins) dengan putrinya, Anne (Olivia Colman). Anne mengorbankan hampir seluruh hidup dia (bahkan asmara dia) demi merawat sang ayah yang sudah pikun. 

Kelelahan, kesedihan, dan rasa frustrasi Anne seolah menjadi tema utama film besutan Florian Zeller ini. Penonton digiring untuk melihat film dari sudut pandang Anne. 

Tapi, adegan demi adegan yang menghantam dengan cepat menyadarkan kita. Ini bukan soal si anak perempuan yang hampir gila mengurus sang ayah. Ini adalah tentang si ayah sendiri. Yang begitu pintar menyeret kita ke jurang demensia bersamanya. Ikut merasakan ngerinya kehilangan ingatan perlahan-lahan. Hari demi hari. Menunggu hingga helai daun terakhir meninggalkan pohon memori. Untuk mati. 

Lingkaran Tanpa Henti 

Film dibuka dengan Anne mengunjungi sang ayah di flatnya di London. Dia kesal, karena Anthony sekali lagi mengusir suster yang disewa untuk merawatnya. Anthony sudah pikun. Namun, ia bersikeras tidak mau disewakan pengasuh. Padahal, Anne ingin pindah ke Paris bersama pacar baru dia. Dia tak mau meninggalkan sang ayah sendirian. 

Esok paginya, Anthony kaget melihat ada seorang pria duduk santai di rumahnya. Ia mengaku sebagai Paul, suami Anne selama 10 tahun. Yang bikin kesal, pria itu menyebut bahwa Anthony menumpang tinggal di rumahnya. Ketika mereka berdebat, Anne pulang membawa belanjaan. Betapa kagetnya orang tua itu. Ketika wajah Anne sama sekali berbeda. 

Keesokan harinya lagi, Anne membawa sang ayah ke dokter. Ia diberi satu set obat baru. Yang fungsinya hanya memperlambat demensia. Dan menenangkan syaraf. Namun tidak mengobati. Saat makan malam, Anthony mendengar Anne dan Paul bertengkar. Soal dirinya. 

’Kita harus mencari jalan keluar lain,’’ kata Paul keras. ’’Apa misalnya?’’ Anne menuntut. ’’Entahlah. Titipkan ayahmu ke institusi…’’’’Rumah jompo? Aku nggak bisa…’’

Anthony masuk ruang makan, dan perdebatan itu berhenti. Pada akhir dinner, ia mengucapkan sesuatu yang membuat marah Paul. Hingga anaknya dan si pacar bertengkar lagi. 

’’Kita harus mencari jalan keluar lain,’’ kata Paul keras. ’’Apa misalnya?’’ Anne menuntut. ’’Entahlah. Titipkan ayahmu ke institusi…’’’’Rumah jompo? Aku nggak bisa…’’

Lho, kok diulang? Pusing kan? Persis seperti itulah yang dirasakan Anthony. Akhirnya kita sadar bahwa beberapa hari yang telah berlalu itu adalah rangkaian peristiwa dalam satu hari. Anthony tidak ingat, saking pikunnya. Ia kebingungan dengan urutan kejadian. Dan membawa kita ikut bingung bersamanya. 

Tags :
Kategori :

Terkait