Nama sungai itu: Jinsha. Artinya pasir emas. Lokasinya: Provinsi Sichuan bagian selatan. Dekat perbatasan dengan provinsi Yunnan. Tentu saya pernah melewati sungai ini: saat jalan darat membelah pegunungan dari Chengdu ke Kunming. Jauh sekali. Harus bermalam di kota kecil di atas pegunungan. Hulu paling jauh sungai Jinsha ada di Provinsi Qinghai. Dekat Tibet.
Muaranya: di sungai Changjiang (d/h Yangtze). Dengan demikian sungai Jinsha itu pada dasarnya masih tergolong anak sungai Changjiang. Di Changjiang sendiri, dekat Chongqing, dibangun satu dam raksasa. Lebih dekat ke kota Xichang.
Terbesar di dunia. Kelihatan dari bulan. Itulah Dam Tiga Ngarai. Yang satu dam ini saja bisa menghasilkan listrik 28.000 MW. Sama dengan listrik se pulau Jawa.
Bandingkan dengan dam terbesar di Amerika Serikat, Grand Coulee, yang menghasilkan listrik 6.800 MW. Itulah Dam di sungai Kolumbia di negara bagian
Washington. Produksi listriknya hanya seperempat Tiga Ngarai.
Peringatan 100 tahun Komunis Tiongkok tahun ini ditandai –salah satunya– dengan peresmian dam terbaru di sungai Jinsha itu. Kapasitasnya terbesar kedua setelah
Tiga Ngarai. Tapi ada unsur yang dam ini mengalahkan Tiga Ngarai: ukuran turbinnya. Bikin rekor tersendiri: tiap satu turbin bisa menghasilkan 1.000 MW.
Belum ada di dunia ini ukuran turbin air segajah itu. Berarti ada 16 turbin sebesar itu di satu bendungan ini. Hayo, siapa yang akan bisa mengalahkannya. Pun Amerika.
Saya pernah ke bendungan Tiga Ngarai. Dua kali. Saat lagi dikerjakan dan saat sudah selesai. Saya juga sudah ke beberapa bendungan lainnya. Tapi belum ke yang terbaru di sungai Jinsha itu.
Membayangkannya saja sudah seperti kena Covid: bagaimana satu turbin air menghasilkan 1000 MW listrik. Untung Kuba masih miskin sekali. Dan Venezuela masih kacau sekali. Kalau tidak, orang yang anti komunis seperti saya, bisa kehabisan bahan untuk menjelekkan komunis. (*)