Wartawan tulis tidak boleh naik ke lantai 3. Hanya fotografer yang diizinkan.
Wartawan menunggu di lantai bawah, menunggu para pejabat itu turun untuk diwawancarai secara door stop.
Saat para pejabat itu turun Kapolda memberikan keterangan pers: ia baru saja menerima sumbangan Rp 2 triliun dari keluarga Akidi Tio.
Saya pun mewawancarai fotografer harian Sumatera Ekspres, Evan Zurmali. Ia ada di ruang rapat lantai 3 itu. Saya meminjam mata Evan untuk menggambarkan acara hari itu.
Di depan sana duduk berderet gubernur Sumsel, kapolda, dan danrem. Di sisi kiri depan terlihat empat tokoh dari empat agama. Di deretan itu juga ada seorang wanita Tionghoa setengah baya.
Di meja sisi kanan duduk Prof Dr Hardi dan beberapa pejabat Polda.
Sebelum acara dimulai Evan sempat bertanya kepada pejabat yang ada di ruang itu: ini acara apa?
“Penyerahan bantuan dari keluarga Akidi," jawab pejabat itu.
"Berapa sumbangannya?" tanya Evan.
"Tidak tahu".
Pikir Evan, sumbangan itu pasti miliaran rupiah. Kok sampai dilakukan di depan pejabat tertinggi di Sumsel.
MC pun membuka acara "penyerahan bantuan Rp 2 triliun dari keluarga Akidi Tio".
Lalu mempersilakan perwakilan keluarga Akidi memberi sambutan.
Prof Hardi pun berbicara. Ia tetap duduk di kursinya. Sudah ada mikrofon di situ.
Prof Hardi berbicara selama lima menit. Ia menceritakan bahwa dirinya, keluarga Akidi, dan kapolda itu sudah lama bersahabat.
Prof Hardi tidak detail menceritakan seperti apa persahabatan lama itu. Lantas Prof Hardi mengatakan bahwa keluarga Akidi ingin menyumbang Rp 2 triliun.