Cobaan Karina

Sabtu 07-08-2021,07:00 WIB
Reporter : Dahlan Iskan
Editor : Dahlan Iskan

Itu persis seperti saya. Saya juga tidak mau dikemo–ketika terkena kanker hati stadium 4 lebih 16 tahun lalu. Sebenarnya saya sudah dikemo. Di sebuah RS di Singapura. Sakit sekali. Tidak kuat. Saya minta dihentikan. Saya pilih biarkan saja mati. Saya sudah rela.

Tapi Karina tidak rela ibunya meninggal dunia. Sang ibu, waktu itu 69 tahun, kian lemah.

Usus sang ibu sudah berhasil dipotong. Sepanjang sekitar 60 cm. Di Jakarta.

Memang usus yang tersisa berhasil disambung. Sukses. Tapi protokol kanker masih mengharuskan sang ibu menjalani kemo. Teoretis, bibit-bibit kanker mungkin saja masih ada di sekitar itu. Atau ditempat lain. Itu harus dikemo. Agar tidak berbiak lagi.

Tapi sang ibu menolak untuk dikemo. Karina harus cari jalan lain. Karina ingat kunjungannya ke Korea Selatan. Waktu itu bersama BasukiTjahaja Purnama (Ahok). Saat Ahok masih menjabat Plt Gubernur DKI Jakarta.

Di Korea itulah Karina bertemu seorang profesor ahli stemcell. Waktu itu rombongan Ahok memang mengunjungi satu rumah sakit terkenal di bidang stemcell. Bahkan Ahok minta agar Karina membawa teknologi itu ke Indonesia.

Karina pernah mencatat nama profesor itu. Dia hubungi sang profesor, untuk melakukan stemcell bagi sang ibu.

"Bawa saja ke Jepang. Lebih murah," ujar sang profesor lantas memberikan arahan ke mana di Jepang itu.

Lebih murah yang dimaksud adalah sekitar Rp 150 juta sekali stemcell. Harus tujuh kali pula ke Jepang. "Saya kuat-kuatkan. Saya akhirnya benar-benar kolaps. Mental dan finansial," ujar Karina.

Satu-satunya yang menjadi obat dukanya adalah: sang ibu sembuh. Kini berusia 75 tahun. Masih aktif ke klinik, sebagai dokter ahli kulit.

Di Jepang itulah sang ibu juga menjalani stemcell T-Cell dan NK Cell. "Sampai sekarang sudah enam tahun. Ibu sehat sekali," ujar Karina.

Karina begitu senang ibundanya sembuh. Lalu muncul tekad Karina untuk membawa teknologi stemcell T-Cell dan NK-Cell itu ke Indonesia.

Tekad itu tidak bisa menemukan jalan keluar. Mahal sekali. Kondisi finansial Karina lagi kolaps.

Saat itulah datang tokoh penting ke lab Karina: Sandiaga Uno. Wajah Karina kuyu. Sandi mencoba mengorek kenapa Karina begitu sedih. Karina hanya diam.

Akhirnya tekad Karina untuk membawa teknologi T-Cell dan NK-Cell mengalahkan keengganannya. Sandi pun mau meminjami dana. Sampai Karina mendapat pinjaman bank.

"Begitu dapat pinjaman, utang ke Pak Sandi langsung saya lunasi," ujar Karina.

Tags :
Kategori :

Terkait

Terpopuler