AMEG - Akses jalan yang menghubungkan sisi utara desa Kedungpedaringan ke Kota Kepanjen harus diportal. Penutupan ini menyusul kekhawatiran ambrolnya plengsengan yang berada di sisi selatan bawah jembatan Petung.
Sebelumnya, plengsengan jembatan Petung di desa Kedungpedaringan ini mengalami kerusakan di bagian bawah, karena tergerus derasnya air sungai bersamaan dengan turun hujan dalam waktu lama.
Rencananya, akan dilakukan perbaikan plengsengan saluran air di bawah jembatan Petung. Namun, hingga kini warga setempat masih menunggu realisasi pengerjaanya.
"Sudah sekitar dua minggu jembatan ditutup, mas. Ya, banyak pengendara yang terpaksa putar balik atau memutar lewat jalan tembus," kata Riki Anugrah A (24), warga di sekitar jembatan Petung Kedungpedaringan.
Ini sendiri sehari-hari menggantungkan penghasilan dari berjualan minuman di kafe yang lokasinya persis sekitar 5 meter, di sebelah selatan jembatan.
Menurutnya, selain karena tergerus air sungai, longsor mungkin disebabkan kurang kuat bangunan plengsengannya.
"Selama PPKM, beberapa bulan arus lalu lintas ke Kepanjen dialihkan melewati jembatan ini kalau malam. Kalau pas kendaraan agak besar lewat, getarannya terasa sampai di sini," katanya.
Akibat penutupan sementara ini, pengguna jalan dari arah Gondanglegi atau desa tetangga yang ingin ke kota Kepanjen melewati Kelurahan Penarukan harus dialihkan. Yakni, melalui jalan tembus yang melewati perkampungan sampai keluar lewat Ketanen Penarukan.
Penanda portal separo badan jalan dipasang sejak di simpang empat Kedungpedaringan wilayah selatan, dan di tikungan Ketanen Penarukan. Sementara, jalan sekitar jembatan Petung ditutup total, menggunakan palang bambu dan garis polisi.
Kepala Desa Kedungpedaringan, Suhartono, mengaku tidak bisa berbuat banyak, dan membuka portal. Meski, menurutnya ia sudah kerap disambati warganya yang kebetulan memiliki usaha di kanan-kiri jalan desa ini.
"Sudah banyak warga yang datang ke kantor desa mengeluhkan pendapatannya berkurang. Ya, saya sendiri tidak mendapatkan jawaban pasti soal realisasi perbaikannya," aku Suhartono, Kamis (2/12) sore.
Bahkan, lanjutnya, ia sendiri pernah mendapatkan keluhan pengurus RW di wilayah Ketanen, Penarukan. Soalnya, akses jalan tembus yang dilalui banyak kendaraan pernah menimbulkan kemacetan. Jalan tembus ini juga harus melewati kawasan pertanian warga setempat dengan lebar jalan sempit sepanjang sekitar 250 meter.
"Bagian bawah jembatan sebenarnya sudah agak melengkung. Yang kena longsor juga bisa semakin parah, karena sudah terkikis bagian bawahnya. Nggak memungkinkan kalau dibuka portalnya, imbuh Suhartono.
Ia hanya berharap, agar perbaikan plengsengan bisa dipercepat, agar tidak lebih banyak merugikan juga mengancam keselamatan warga maupun pengguna jalan.
"Lebih cepat lebih baik ada perbaikan. Kalau bisa berlapis, dan kemiringan tidak terlalu curam," demikian Suhartono. (*)