Rupanya pangsa pasar Citilink dan Air Asia akan direbutnya. Lihatlah seragam dan penampilan pramugarinya: sangat masa kini.
Bali sudah pasti horeee. Apalagi, sampai sekarang ini belum juga ada penerbangan asing yang membawa turis ke Bali. Padahal sudah dua bulan dibuka untuk mereka.
Sampai-sampai ada usul unik untuk Bali: bubble management. Khususnya untuk turis yang terkoordinasi dalam satu grup. Grup turis itu akan ditangani seolah-olah
dimasukkan dalam satu balon raksasa.
Mereka tetap berada di dalam balon itu selama di Bali. Balon itu bisa ke manamana.
Tidak terinteraksi dengan orang di luar balon. Tentu itu bukan balon sungguhan.
Artinya: mereka terus bersama satu grup selama di Bali. Di satu hotel, di satu restoran, di satu bagian pantai, di satu bar. Itu memerlukan kecanggihan manajemen. Tapi bukan hil yang mustahal. Paket turis ‘’bubble management’’ akan bisa menghidupkan Bali.
Lantas di mana letak kebijakan akhir tahun ‘’sesaat setempatnya’’?
Itu lebih diserahkan kepada masingmasing daerah. Terutama daerah yang punya tujuan wisata. Bisa jadi arus kendaraan ke Puncak akan dikendalikan. Demikian juga kendaraan ke Bandung. Atau ke Batu dan Malang. Ke Tretes dan Pacet di gunung
Penanggungan. Juga di tempat sejenis di Jateng. Kelihatannya aturan mobil ganjil-genap akan diperlakukan ke kawasan-kawasan wisata itu. Kalau tidak memang bisa
dibayangkan: betapa macetnya. Sudah dua tahun nafsu itu tertahan.
Bisa tiba-tiba meledak. Tiga hari di Jakarta ini saya merasakan betapa kemacetan sudah mulai normal. Dari Rojo Duren di Kelapa Gading ke SCBD di Jaksel sudah kembali ke hampir dua jam.
Saya pun, menghadapi akhir tahun, mengecek kondisi tubuh: antibodi 520. Level vitamin D, 71. Kolesterol normal. Tekanan darah normal. Fungsi hati sangat baik. Hanya D-Dimer tetap saja: 2060.(*)
Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.
id. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk