MASIHKAN Garuda baik-baik saja?
Setidaknya Garuda masih bisa tetap terbang. Sampai Kamis lalu. Biar pun hari itu hanya terbang dengan 11 pesawat.
Itulah hari terbang paling minimal bagi Garuda. Setidaknya selama banyak tahun terakhir.
Maka tidak salah kalau ada yang tetap berkata Garuda masih baik-baik saja. Setidaknya yang 11 pesawat itu.
Sebenarnya Garuda masih punya 40 lebih pesawat. Masalahnya: mau diterbangkan pakai bahan bakar apa. Pertamina sudah tidak mau lagi memasok avtur. Utang avturnya ke Pertamina sudah sekitar Rp 16 triliun. Bahkan ketegasan Pertamina itu sudah sangat telat. Pertamina sudah terlalu baik pada Garuda.
Bagaimana dengan yang sebelas pesawat itu? Kok masih bisa terbang?
Saya pun mencari info kanan-kiri. Siapa tahu Pertamina kembali jatuh kasihan: diberi lagi bahan bakar. Biar pun sekadarnya –untuk 11 pesawat.
Ternyata tetap: tidak ada lagi kasihan untukmu, Garuda. Satu-satunya toleransi yang masih diberikan Pertamina adalah: boleh dapat BBM asal bayar kontan. Sebelum ada uang masuk ke rekening Pertamina, BBM tidak akan dikucurkan. Seberapa masuknya uang, segitulah BBM yang diisikan ke pesawat.
Rupanya Garuda masih punya uang. Masih bisa untuk membeli BBM secara eceran. Meski hanya cukup untuk 11 pesawat.
Yang penting masih bisa baik-baik saja.
Sayang memang kalau Garuda tidak bisa lagi terbang. Hari-hari ini jumlah penumpang lagi ramai-ramainya. Hari itu –ketika Garuda hanya bisa menerbangkan 11 pesawat itu– Lion terbang 1.000 kali. Dengan perhitungan: pesawat yang menerbangi Jakarta-Surabaya-Makassar-Manado, balik lagi, dihitung delapan kali.
Saya pun bisa membayangkan jalannya operasi Garuda seperti ini: sore-sore berhitung. Ada pemasukan berapa. Lalu berapa yang bisa disisihkan untuk beli BBM eceran. Untuk keperluan besok. Berapa pesawat yang akan terbang disesuaikan dengan berapa uang untuk BBM eceran hari itu.
Itu mirip cara percetakan menyikapi utang penerbit surat kabar. Penerbit tidak tiap hari membayar ongkos cetak. Tunggu tagihan satu bulan. Kalau pun belum bisa bayar koran harus tetap terbit setiap hari. Utang ke percetakan pun menumpuk. Kian sulit ditagih.
Pun ketika sampai tak tertahankan lagi.
Percetakan pun mengancam: menghentikan cetak. Yang diancam cuek: bisa pindah ke percetakan lain. Utang lebih sulit lagi ditagih.