Kelak, Soesalit menjadi petinggi tentara dengan pangkat Mayor Jenderal. Jabatannya: Panglima Devisi Diponegoro.
Itulah kakek Goenadi. "Waktu eyang Soesalit meninggal, saya masih kecil. Tapi saya ingat kami semua diajak ke Semarang," katanya. "Kami ingat ada parade militer menuju pemakaman," tambahnya. Putra tunggal Kartini ini dimakamkan di satu cungkup besar bersama RA Kartini. Di situ jugalah makam ayah ibu Kartini.
Kartini sendiri lahir sebagai anak Bupati Jepara, di tahun 1879 -meninggal di Rembang 1904.
Tadi malam saya menelepon kembali Goenadi. Ia masih tinggal di Pasanggrahan itu. Berarti sudah 4 bulan Goenadi jadi orang di desa pedalaman Rembang. Sendirian di situ. Istri dan 3 anaknya masih di New York -terpisah oleh pandemi.
Goenadi adalah warga baru di Rembang. Selama ini, selama 47 tahun, ia tinggal di New York, Amerika Serikat.
Goenadi ke Amerika diajak pamannya yang bekerja di sana. Yakni sebagai pegawai Bank Indonesia di New York. Waktu itu ia baru tamat SMAN 1 Solo.
Di New York, Goenadi akhirnya mendapat pekerjaan sebagai pegawai di kantor pemerintahan Italia di sana. Tapi istrinya tetap orang Indonesia, asal Medan. Keluarga ini bertekad untuk kembali ke Indonesia di hari tua mereka.
Ketika saya telepon tadi malam, Goenadi seperti tidak lagi sendirian. Ada suara orang lain di Pesanggrahan itu.
"Tidak sendiri lagi?" tanya saya.
"Tidak. Ini ada kakak saya yang lagi menengok saya," jawabnya.
Itulah Hudoyo Djoyoadhiningrat. Tinggal di Jakarta. Pensiunan pegawai Dana Pensiun Bank Indonesia yang ditugaskan di gedung Bidakara. "Sudah seminggu ini saya menemani adik saya di sini," kata Hudoyo.
"Hahaha dua-duanya laki-laki. Bagaimana makannya?" tanya saya. "Adik saya di Amerika kan masak sendiri. Ini ia juga lagi masak" katanya.
Hudoyo ternyata bukan hanya kakak. Hudoyo adalah juga ketua keluarga besar Djoyoadhiningrat. Yang pengurusnya 23 orang.
"Berapa anggota keluarga besar Djoyoadhiningrat sekarang?" "Kalau anggotanya sekitar 5.000 orang," ujar Hudoyo.
Berarti sudah seminggu juga Goenadi berhenti melukis. Waktu saya ke Pesanggrahan itu Goenadi lagi asyik melukis. Sudah enam lukisan pemandangan yang hampir selesai.
Awalnya saya hanya ke makam Kartini, tidak menyangka bisa bertemu Goenadi. (Dahlan Iskan)