Disway Pilihan

Kamis 30-12-2021,08:00 WIB
Reporter : Dahlan Iskan
Editor : Dahlan Iskan

DISWAY edisi tanggal berapa kah yang terbaik selama tahun 2021?

Awalnya saya tidak peduli. Kalau saja tidak ada yang mengirimkan ''Disway pilihannya'' kepada saya kemarin.

Yang jelas, edisi terpendek tentang KPK yang dikecam begitu banyak pembaca itu, tidak akan pernah saya anggap sebagai yang terjelek.

Saya menyukai ide itu. Yang datang dari pembaca Disway yang dikirim ke kolom komentar. Kelas ide itu layak untuk sebuah artikel independen yang berbobot.

Tapi kalau pun ide itu menjadi sebuah artikel panjang, sebenarnya intinya ya seperti yang ditulis pendek di komentar itu. Saya setuju: untuk apa dipanjang-panjangkan kalau bisa dibuat pendek. Prinsip itu memang agak bertentangan dengan pemikiran serius ala orang seperti Anak Alay: untuk apa dibiarkan pendek kalau bisa dibuat panjang.

Memang ada juga komentar atas komentar itu. Yang isinya juga bagus: tambahkan ke dalam tugas baru KPK itu satu institusi non penegak hukum. Yakni BPK.

Komentar atas komentar itu begitu pendek. Tapi sangat substantif. Tidak terjebak hanya pada ''penegak hukum''. Komentar atas komentar itu pasti datang dari tipe pembaca yang selalu kritis.

Ups… Membahas apa sih itu?

Maafkan, itu karena saya lagi lupa satu prinsip dalam jurnalisme: anggaplah pembaca hari ini adalah pembaca

baru, yang belum pernah membaca tulisan-tulisan sebelumnya.

Beginilah duduk perkaranya: hari itu ada tulisan di komentar Disway. Isinya: sebaiknya KPK jangan dibubarkan, tapi dikhususkan untuk memberantas korupsi di lingkungan penegak hukum saja.

Saya memilih komentar itu sebagai bahan tulisan di Disway hari berikutnya. Saya rambahi hasil wawancara –sekadarnya. Saya lagi sangat sibuk hari itu. Saya hanya bisa mewawancarai sumber yang mudah dihubungi. Salah satunya: mantan Ketua KPK Abraham Samad.

Pertimbangan pertama: saya punya nomor teleponnya. Kedua: jawaban-jawaban Abraham biasanya "quotable". Ketiga: selama menjadi ketua KPK ia banyak menyasar penegak hukum.

Parahnya, pertimbangan ''punya nomor teleponnya'' seperti itu justru sering menentukan dalam kerja jurnalis. Yang seperti itu tidak adil. Juga tidak objektif. Itu bagian dari ''dosa…. '' jurnalisme —saya kok lupa kata yang dipakai Prof Pry untuk menggantikan istilah ''dosa turunan'' di salah satu komentarnya pekan lalu.

Mengapa ''kerja gampang'' untuk menghasilkan tulisan pendek seperti itu tidak saya anggap sebagai yang terjelek?

Tags :
Kategori :

Terkait

Terpopuler