Wartawannya tidak perlu mikir panjang. Di bagian pertama hanya perlu menulis seperti umumnya skenario film.
Hakim diperankan oleh siapa. Jaksa oleh siapa.
Pembela oleh siapa. Terdakwa siapa.
Penulisnya siapa.
Selebihnya berupa kutipan tanya jawab.
Termasuk dialog-dialog transaksi seks yang lucu-lucu.
Waktu itu belum ada TV yang bisa live dari ruang sidang. Atau belum mau.
Itu gaya jurnalisme yang tidak mungkin lagi dilakukan sekarang.
Tapi, kini saya berpikir ulang: apa pentingnya jurnalisme seperti itu. Hanya soal memuaskan selera pembaca. Beda dengan yang dilakukan USA Today saat ini: yang penuh perjuangan hukum dan demokrasi. (Dahlan Iskan)
Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.