Mati Lagi

Kamis 03-03-2022,08:36 WIB
Reporter : Dahlan Iskan
Editor : Dahlan Iskan

AMEG- DULU, puluhan ribu orang Yahudi Rusia dibantai Jerman-Nazi. Sekarang, orang-orang yang sama dibunuh lagi –oleh Rusia-Putin.

Itu terjadi Selasa dini hari lalu. Yakni, ketika Rusia menembakkan roket ke antena utama TV Ukraina di dekat ibu kota Kiev. Roket itu juga mengenai kuburan orang-orang Yahudi korban Perang Dunia Ke-2 tersebut. Kuburan itu ikut rusak. Yang sudah mati di dalamnya mati lagi.

Berita itu salah: mereka bukan baru mati dua kali. Tahun 1961 mereka juga pernah mati lagi. Kala itu terjadi banjir lumpur yang luar biasa di Lembah Babi tersebut. Bahkan, lebih dari 2.000 orang yang masih hidup di sekitar kuburan ikut mati beneran. Itulah lumpur yang bertahun-tahun ditampung di situ: lumpur buangan pabrik keramik. Sudah dibuatkan dam untuk penahan. Tidak cukup kokoh. Dam itu jebol.

Berarti, mereka yang di kubur di situ sudah mati tiga kali. Lembah Babi (Baby Yar) –Lembah Nenek– adalah saksi mati atas dibunuhnya 33.771 orang Yahudi. Hanya dalam dua hari pembantaian: 29 dan 30 September 1941.

Hanya di Kiev.

Belum termasuk pembantaian yang lebih besar di Odesa –kota pelabuhan terbesar di Ukraina yang sekarang juga diserang Rusia.

Nasib Ukraina kelihatannya mirip dengan makna kata ukraina itu sendiri: perbatasan. Ia berada di perbatasan antara Slavia dan Rusia. Ia kejepit. Gabungan antar-ras. Karena itu, wanitanya cantik-cantik –tidak terhitung ”i”-nyi.

Kemarin saya rekaman podcast dengan gadis Belarus. Namanya Aleksandra Klintsevich. Panggilannya Sasha. Dia mahasiswi Belarus yang kuliah di Universitas Teknologi Sumbawa. Jurusan psikologi, semester ke-4.

Dari obrolan itu, saya bisa ikut merasakan kesedihan gadis Belarus tersebut. Sasha punya banyak teman di Ukraina. Dia sering ke Ukraina. Ke banyak kota di Ukraina. Dari ibu kota Belarus, Minsk, ke ibu kota Ukraina, Kiev, hanya tiga jam naik mobil.

Foto: tangkapan layar disway.id

Sasha tiap hari kontak-kontakan dengan teman Ukraina-nyi. ”Sedih sekali,” kata Sasha yang mulai bisa berbahasa Indonesia.

Sasha tidak perlu visa untuk ke Ukraina. Demikian juga orang Ukraina, tidak perlu visa ke Belarus. Bahasa di kedua negara tidak banyak beda. ”Orang Belarus bisa mengerti bahasa Ukraina. Dan sebaliknya,” kata Sasha.

Kini Belarus sepenuhnya memihak Rusia. Pasukan yang akan menyerang Kiev datang melalui Belarus. Maka, Belarus juga menjadi sasaran sanksi ekonomi dari negara Barat.

Kelak, kalau Ukraina menjadi anggota Masyarakat Ekonomi Eropa, hubungan itu akan berbeda. Apalagi kalau Ukraina akan menjadi anggota NATO. Orang Belarus tidak akan bisa lagi bebas ke Ukraina. Harus menggunakan visa.

Tentu sasaran utama sanksi masih tetap Rusia. Saya pun menelusuri perkembangan pengenaan sanksi di bidang sistem perbankan. Yang secara luas sudah diberitakan: bank-bank Rusia tidak boleh lagi menggunakan Swift –sistem pengiriman uang yang digunakan 11.000 bank di seluruh dunia. Itu diumumkan Selasa lalu. Mulai efektif Rabu kemarin.

Apakah ekonomi Rusia langsung runtuh?

Tags :
Kategori :

Terkait

Terpopuler