PPKM Gedor

Jumat 15-04-2022,08:08 WIB
Reporter : Dahlan Iskan
Editor : Dahlan Iskan

Terpaksa di-lockdown total. Padahal tidak begitu bahaya. Tingkat kematiannya hampir 0. Tapi Tiongkok belum mau berubah dari kebijakan lama: zero tolerance.

Itu memang pernah sukses besar. Selama dua tahun berjalan. Kasus baru Covid di Tiongkok yang terendah di dunia. Hanya belasan setiap hari —di saat negara lain puluhan ribu, bahkan ratusan ribu.

Sampai hari kemarin total penderita Covid di Tiongkok 'hanya 168.000 kasus. Padahal penduduknya antara 1,3 sampai 1,4 miliar. Betapa rendah kasus Covid di sana. Pun yang meninggal dunia: 'hanya 1.500 orang.

Tiongkok di urutan 115 di antara semua negara. Indonesia masuk 18 besar dunia: 6 juta penderita, 155.000 meninggal dunia.

Ketika kita masih PPKM, Tiongkok sudah praktis bebas Covid. Ketika kita diserang varian Delta yang begitu berat, Tiongkok nyaris tidak terkena. Kalau pun ada kasus baru umumnya kasus impor. Langsung bisa dilokalisasi.

Belakangan, ketika muncul varian Omicron mulailah Tiongkok menyalakan lampu kuning.

Tiba-tiba Omicron muncul di provinsi Jilin di utara. Jilin langsung lockdown. Satu minggu. Beres. Muncul lagi di Tianjin. Langsung menyebar. Sebagian Tianjin di-lockdown. Selesai.

Tiba-tiba Omicron juga muncul di Xi'an —kota terbesar di wilayah Barat Laut. Xi'an pun di-lockdown. Seluruh kota. Panik. Satu minggu. Selesai.

Ternyata Omicron juga muncul di Shanghai.

Mungkin kurang cepat melokalisasi ketika awal muncul di satu distrik. Mungkin juga karena kota Shanghai begitu sibuk dan padat. Omicron telanjur merajalela. Telat. Akibatnya seluruh kota harus lockdown.

Selama dua minggu ini kota Shanghai seperti mati suri. Hanya saja tidak mencekam. Tidak ada mayat yang bergelimpangan. Tidak ada kepanikan. Tidak ada pasien telantar. Tidak ada kesulitan mendapat rumah sakit.

Tidak seperti kota Wuhan di awal pandemi.

Ketika itu Shanghai mengerahkan dokter dan perawatnya ke Wuhan. Kini dokter dan perawat Wuhan balik membantu Shanghai —jaraknya dua jam pakai kereta cepat.

Maka, di setiap pagi, warga Shanghai senang-senang-susah. Senangnya karena bisa keluar kamar: menghirup udara segar. Bertepatan dengan musim semi yang sejuk. Disertai sinar matahari pagi yang hangat. Meski itu tidak lama. Hanya sambil menunggu hasil tes. Duh, musim semi. Kalau saja tidak ada PPKM di sana.

Susahnya, kalau ternyata positif. Harus langsung diangkut ke karantina. Sesusah-susah tidak boleh keluar rumah lebih susah di karantina. Apalagi anjing mereka tidak boleh ikut ke karantina: lantas siapa yang memberi makan.

Untunglah ada HP. Mereka, teman satu gedung apartemen, bisa tukar menukar bahan makanan lewat HP. Dengan cara memanfaatkan waktu tes di pagi hari.

Tags :
Kategori :

Terkait

Terpopuler