Saat SD, lupa kelas berapa, pernah diharuskan berbaris di sepanjang jalan. Untuk sekedar 'dadah' menyambut tamu negara. Menunggu ber jam jam di siang hari yang panas. Konsumsinya hanya 1 buah permen. Dan mobil mobil itu hanya lewat begitu saja. Pulangnya demam. Mungkin karena tidak makan dan minum. Semoga tidak ada lagi mobilisasi seperti itu. Biarkan saja berupa spontanitas dari warga. Warga yang memang bahagia atau terdorong untuk menyambut di pinggir jalan. Tanpa instruksi.
Dahlan Batubara
Saya dan kawan2 sering menangkap ikan di sungai Batang Gadis dan sungai Batang Angkola di Mandaling, Sumut. Lebar sungai berbeda2 di masing2 titik. Ada yg sekitar 50 meter, ada 80 meter. Kedalaman jg beda2 antara 2 hingga 8 meter. Arusnya sering dilirik investor utk PLTA. Dalam pandangan kami, ada 3 kategori arus sungai: tenang, deras, sedikit deras. Yg paling sulit direnangi justru arus tenang, jauh lebih lelah dibanding merenangi arus deras. ARUS TENANG: Kita harus mengerahkan seluruh tenaga untuk melajukan tubuh. Risikonya: kita kisa kehabisan tenaga sebelum mencapai tepian, padahal kaki tak bisa mencapai dasar sungai yg dalam. Orang yg kurang cakap bisa lemas di tengah sungai, air masuk ke hidung, pingsan. ARUS DERAS: tubuh didorong arus (sehingga tak butuh mengerahkan tenaga mendorong tubuh), tetapi kecepatan hanyut tubuh terlalu laju sehingga kita sulit menghidari tabrakan/benturan tubuh dgn benda2 keras yg bercokol di sungai semisal batang katu atau bebatuan besar. Bahkan bisa terperagkap masuk ke bawah tumpukan kayu di dalam sungai. ARUS SEDIKIT DERAS: tubuh didorong arus dgn tenang (dan kita juga tak butuh mengerahkan tenaga mendorong tubuh). Kita hanya butuh tenaga kecil mengayuhkan telapak tangan "menyetir" derajat arah agar arah hanyut menyerong menuju tepian. Kami selalu pilih arus yg agak deras. Kami menanangkap ikan dengan tangan di liang tebing sungai. Atau di tengah sungai jika ada bebatuan di tengah sungai. Ikan suka berada di rongga antar batu. (*)A