Single Image

Jumat 22-07-2022,07:00 WIB
Reporter : Dahlan Iskan
Editor : Dahlan Iskan

ian aprilia

Agak kecewa dengan tulisan abah DI kali ini. Kesannya menyudutkan korban. Korbannya kan tidak hanya 1 orang, masih ada beberapa korban lain. Menurut saya yang tinggal komentar saja, penyelidikan kurang mateng. Biar berimbang informasinya, mohon kulik juga info dari korban lainnya baru disajikan dalam 1 tulisan. Berharap ada tulisan kedua dari para korban.

Jejen Jaenudin

Ada ajaran dari Master Laozi's (Lao Tzu's) dalam Tao Te Ching menyebutkan bahwa "meskipun kebanyakan orang menghabiskan seluruh hidup mereka mengikuti dorongan biologis, itu hanya sebagian kecil dari keberadaan kita. Jika kita terus terobsesi dengan benih dan telur, kita menikah dengan lembah reproduksi Bunda kesuburan yang misterius, tetapi tidak dengan pikirannya yang maha tahu dan hatinya yang maha luas." Anehnya yang sebagian kecil itu terasa begitu berat. Di pundak. Dan di tempat lain. Berat ke bawah. Dan karena si bagian kecil ini pula, banyak kyai, pastur, ustadz, bikhu, dan semua tokoh bergengsi lainnya dalam spiritualitas rontok berjatuhan. Mereka yang punya status paling tinggi dalam moralitas, skandalnya tidak lebih rendah dalam isu si bagian kecil ini. Anehnya juga selalu saja ada kelompok yang ingin membela mereka. Mungkin ingat diri sendiri, betapa berat beban yang satu ini. Dan betapa masih menyala urge-nya di setiap otak laki2. Tepatnya di hypothalamus. Tampaknya benar kata Helene Cixous: "Pria telah melakukan kejahatan terbesar terhadap wanita. Secara diam-diam, dengan kekerasan, mereka telah menuntun diri mereka untuk melukai wanita, dan pada saat bersamaan menjadi musuh buat dirinya sendiri. Laki-laki terus memobilisir kekuatan besar mereka untuk memenuhi kebutuhan kejantanan mereka" (Helena Cixous: The Laugh of Medusa).

doni wj

Kasusnya terjadi ketika korban masih SMA. Kalaupun tidak terbukti sebagai kasus pelecehan seksual, hubungan seks dengan anak di bawah umur itu juga termasuk pelanggaran hukum (kalau di pasal UU 76 tentang perlindungan anak, perempuan di bawah 18 tahun). Pada kasus JEP ini yang melapor bersama-sama sebagai korban ada 15 orang (sumber wawancara korban di 2045tv, podcast Close The Door, podcast Curhat Bang) namun yang diterima dan dilanjutkan dengan BAP hanya 1 orang, entah kenapa 14 orang hanya sebagai saksi. Menariknya, podcast Curhat Bang lebih dahulu mewawancarai 3 orang yang merupakan Kepala Sekolah (atau Kepala Asrama?), teman sekamar - seangkatan di asrama korban, dan sahabat korban. Sama-sama bekerja di SPI. Ketiganya menyatakan dengan meyakinkan tidak tahu menahu tentang kasus pelecehan ini. Bukan untuk membela pelaku. Namun tidak ingin kelangsungan SPI terganggu. Di kesempatan yang lain, podcast Curhat Bang mewawancarai 3 orang korban. Di sini, korban menunjukkan ke podcaster bukti video. Bahwa sahabat korban yang diwawancarai di podcast sebelumnya dan menyatakan tidak tahu menahu itu meminta ke beberapa siswa/kolega untuk tidak melaporkan kasusnya. Dan bahwa dia sendiri sebagai korban, merasa keberlanjutan SPI sebagai lembaga yang menaungi dan memberi jalan serta kesempatan bagi anak-anak yatim, piatu, atau yatim piatu seperti mereka, jauh lebih penting. Dibanding kenyataan mereka sebagai korban. Sebenarnya ini bentuk lain abuse of power. Angel wis, angel..

Lukman bin Saleh

Semoga ada tulisan lanjutan ttg masalah ini. Knapa? Spt komentar d bawah. Tulisan ini ada kontradiksi. Awalnya Abah mengatakan kasus pencabulan besar2an. Tp kelanjutan tulisan justru berkata lain. Abah tdk menyinggung puluhan korban lainnya yg d angkat KPAI. Kesannya hanya ada 1 korban. Kedua. Dg tulisan ini Abah spt menjadi "tersangka." Tersangka krn menyudutkan korban dan membela tersangka. Bahwa sekolah ini jangan d tutup. Sepakat. Toh yg terlibat hanya satu org. Dan tidak ada pembelaan dr pihak sekolah spt pada kasus MB…

mzarifin umarzain

Sejarah belum tentu benar. Qur-aan pasti benar, bagi muislimiin. bagi non muslim, terserah mereka saja.

Pryadi Satriana

Ini jawaban utk yg protes "Daud dan Sulaiman bukan nabi". Fakta = hal yg benar2 terjadi. Dicatat dalam sejarah. Nah, sejarah mencatat Daud itu raja, nabi yg diutus Allah mengangkat Daud jadi raja adalah nabi Samuel. Lho, kan ndhak ada nabi Samuel dlm Al-Qur'an? Mestinya dibalik,"Kok ndhak ada, faktanya yg diutus mengangkat jd raja kan nabi Samuel?" Pokoknya Al-Qur'an menjelaskan Daud itu nabi. Al-Qur'an itu menyempurnakan Kitab2 Suci sebelumnya. Tahu kan Al-Qur'an mengajarkan utk mengimani Kitab2 Suci sebelumnya? Iya sih. Lha di Kitab Zabur (Mazmur), yg dibilang diturunkan kepada Daud, justru disebutkan bahwa Daud itu raja, bukan nabi. Pokoknya Al-Qur'an itu sempurna krn menyempurnakan Kitab-Kitab sebelumnya. Lha kok "Kitab yang Sempurna" bisa bertentangan dg fakta sejarah? Pokoknya Daud dan Sulaiman itu disebut nabi, dan itu pasti benar! Gini aja deh…, baca "Rekonstruksi Sejarah Al-Quran" karya Taufik Adnan Kamal yg diberi pengantar oleh Prof. Dr. M. Quraish Shihab, di buku itu disebutkan, menyikapi banyaknya variasi 'bacaan' dalam Al-Qur'an, bahwa "al-Quran yang sejati akan dibawa kembali oleh Imam Mahdi yang dinantikan kehadirannya" (Amal 2011: 345). Siapakah Imam Mahdi itu? Isa/Yesus - yang adalah 'kalimatullah' - yang terutama di dunia dan akhirat, sehingga dikatakan dalam Al-Qur'an,"Ikutilah Isa. (Itulah) Jalan yang Lurus." Sekian dulu. Pahami dulu sejarah terbentuknya Kitab2 Suci sebelum terus 'ngeyel'. Salam. Rahayu.

*) Diambil dari komentar pembaca http://disway.id

Tags :
Kategori :

Terkait