yohanes hansi
Apa benar pendapat saya? Indonesia ekspor agar bisa impor. Kalau Cina impor untuk bisa ekspor? Hhmm..
Macca Madinah
Pengalaman sebagai konsumen di toko daring seperti okpda, banyak sekali barang-barang unik, bukan hanya barang elektronik, yang kalau dirunut asalnya dari RRC. Tadi pagi saya juga terpaku dengan salah satu akun IG, menampilkan banyak produk lucu-lucu praktis kok rasanya saya mau semua. Hanya saja kenyataannya, banyak produk itu yang "letoy", tidak kuat, seperti mainan. Idenya memang keren-keren. Saya pribadi, kalau terbuka bilang itu produk impor, masih bisa nrimo. Yang bikin miris justru sering ditemui banyak produk yang "diakui" produk Indonesia, pas dibuka kemasannya, ya elaaa, kok ada tulisan keritingnya. Mangkel juga, saya beli itu karena ada iming-iming "ploduk-ploduk Indonesia". Namun lagi-lagi, produknya lucu sekali! Nafsu mengalahkan logika.
Pak Hans
- Batubara
- Nikel
- Sawit/cpo
Satu dua tiga … keruk semuanya sampai tak tersisa dan tinggal cerita buat anak cucu kita….
Komentator Spesialis
8 tahun berlalu faktanya memang masih belum terjadi perubahan yang fundamental pada industri kita. Masih seputar keruk, gali dan tanam bahan mentah lalu ekspor. Kita butuh presiden yang tidak banyak janji-apalagi banyak yang tak ditepati-tetapu punya visi lebih yang bisa membawa Indonesia menuju era tinggal landas. Dan bukan tinggal di landasan, yang penting citra terangkat pakai buzzer.
Johannes Kitono
Populasi China yang 1,5 mily adalah potensi pasar yang besar .Tentu setiap hari pasti ada yang mati dan perlu wadah bagus untuk tampung abu kremasi. Plihan bisa wabah keramik atau wabah gaharu Kalimantan yang alami. Untuk oduk abu kremasi
Pembaca Disway
Wajar kalau indonesia banyak dagang dengan Tiongkok, karena letaknya berdekatan… Sejak zaman kerajaan, sebelum orang Eropa sampai ke sini, juga indonesia sudah banyak dagang dengan Tiongkok.. di samping dengan negara2 di Laut Selatan seperti India, Iran, Arab, dsb.. Sekarang tinggal pintar2 cari deal yang bagus saja… hehe.. semoga bisa saling menguntungkan..
Pryadi Satriana
Mengekspor energi (batubara) dan mengimpor barang2 konsumsi (HP, laptop, dsb.). Benar2 bodoh!!! Saya sudah pernah mengingatkan, apa yg kita punya banyak (energi berbentuk batubara, sawit, CPO, dsb) justru harus kita pakai sendiri, kita olah & manfaatkan sendiri untuk rakyat), bukan dijual (baca: diekspor) sebesar-besarnya. Dalam 25-30 th kita akan krisis energi, dan itulah awal kebangkrutan kita. 'Green energy perlu waktu sekitar 50 tahunan baru bisa diproduksi di Indonesia, seiring dg kemajuan SDM kita. Tapi krisis energi akan kita hadapi lebih cepat, 25-30 tahunan lagi. Benar-benar celaka!!! Warisan Orba yg kita warisi sampai hari ini menjual/mengekspor energi!!! Masyarakat Badui tidak menjual beras karena mereka tahu itu mereka butuhkan, menjual beras = menjual kehidupan. Hanya Habibie yg berpikiran waras, barter pesawat dg kebutuhan rakyat dg Vietnam. Presiden2 lainnya "barter energi dg barang2 konsumtif spt HP, laptop, mobil, motor, dsb." Betapa bodohnya!!! Idiooottt!!! Kapan kita mau berhenti melakukan ketidakwarasan ini??? Kapan mau belajar kearifan lokal dari masyarakat badui??? Masyarakat yg oleh sebagian orang dianggap terbelakang tapi justru paham esensi hidup dan berwawasan jauh ke depan? Ya, Allah. Berikanlah pikiran yg waras kepada para pemimpin dan penyelenggara negara agar bangsa ini nantinya terhindar dari krisis energi dan kebangkrutan. Aamiin.
donwori
usul abah 2024 nanti ketika Jokowi lengser, buat foto perbandingan Jokowi tahun 2014 dan 2024 versus pak Beye tahun 2004 dan 2014. supaya kita bisa menilai presiden mana yang lebih kenyang