Siswi Jakarta Wajib Jilbab dalam Social Identity Theory

Senin 15-08-2022,12:17 WIB
Reporter : Djono W. Oesman
Editor : Djono W. Oesman

Didata, enam juta kaum Yahudi di Eropa dibantai Nazi. Dari sembilan juta Yahudi yang tinggal di Eropa. Rinciannya: Sekitar tiga juta pria, dua juta wanita, sejuta anak dan bayi.

Data itu dari sekitar sembilan juta kaum Yahudi yang saat itu tinggal di Eropa. Atau, ada sekitar tiga juta orang yang lolos dari maut Nazi.

Sejarah berkonsentrasi pada pembantaian kaum Yahudi oleh Nazi di The Holokaust. Diurai di buku tersebut, sebenarnya Nazi juga membantai orang Rom, komunis, warga Sovyet, Polandia, kaum homoseksual (karena dianggap penyimpangan) juga orang cacat, dan Saksi Yehuwa.

Total korban The Holocaust sekitar 17 juta manusia.

The Holocaust berakhir 30 April 1945, ketika Hitler bunuhdiri di bunker, sebab Jerman kalah Perang Dunia II.

Sejarah kekejaman umat manusia terkait teori SIT, baru berakhir setelah pemimpinnya ditumpas. Baik pada The Klan maupun Nazi.

Henri Tajfel dan John Charles Turner dalam buku mereka menyebut, SIT tidak akan pernah berakhir. Selama manusia, yang ingin dihargai, dihormati, mendapatkan sumber daya makanan, bergabung dalam kelompok.

Lalu, anggota kelompok akan selalu berupaya mendapatkan 'lebih'. Dapat satu, ingin dua. Akibatnya in-toleran. Walaupun, bentuk dan eskalasi kelompok bisa berbeda-beda. Kelompok intoleran tetap ada. Sampai akhir zaman.

Maka, sepuluh contoh yang diungkap Fraksi PDIP, DPRD DKI Jakarta (di atas) adalah hal biasa, jika dikaitkan dengan teori SIT. Bentuknya (pada 10 contoh itu) adalah aturan di sekolah. Berupa hukum (berlaku lokal sekolah) yang bersifat memaksa.

Sebaliknya, sikap Fraksi PDIP, DPRD DKI Jakarta, mengkritik aturan di sekolah-sekolah tersebut, juga hal wajar. Hukum alam, ada aksi ada reaksi.

Kendati, masyarakat harus membuka buku sejarah The Klan, 157 tahun silam. Masak, kita akan set-back ke sana? (*)

Tags :
Kategori :

Terkait

Terpopuler