AMEG - Ketua Yayasan Lingkar Perdamaian Indonesia yang juga saudara pelaku Bom Bali I, Ali Fauzi menyatakan, ancaman radikalisme harus tetap diwaspadai sampai kapanpun, Sabtu (20/8/2022).
"Sejak aksi peledakan bom Bali I pada 2002, hingga tahun ini, faktanya masih ada indikasi terorisme menjadi ancaman di Indonesia. Dan, senyatanya aksi penembakan, peledakan, dan ujaran kebencian (pada penguasa) masih terus-menerus ada," kata Ali Fauzi, usai mengisi dialog kebangsaan bertema radikalisme di Pendopo Bupati Malang di Kepanjen, Sabtu (20/8) petang.
Menurutnya, pola terorisme yang terjadi di akhir-akhir ini sedikit berubah dibanding aksi teror sebelumnya. Meski begitu, lanjutnya, ada kesamaan motif yang bisa dikenali.
"Polanya memang tidak sama dengan dulu, seperti yang dilakukan jaringan JI (Jama'ah Islamiyah) atau NII (Negara Islam Indonesia). Tetapi begini, terorisme lokal tidak bisa dipisahkan dari terorisme global," jelasnya.
Apakah ada ancaman terorisme perorangan? Ali Fauzi mengungkapkan, sebagian besar terorisme di Indonesia ada kaitan dan mengadopsi dengan jaringan teroris global.
"Hampir semua aksi terorisme yang muncul terkait dengan jaringan global, baik itu terafiliasi dengan ISIS maupun Al-Qaeda," imbuhnya.
Ali juga mengungkapkan, hubungan terorisme lokal dengan jaringan asing belum sepenuhnya terputus seratus persen. Pasalnya, komunikasi dengan jaringan saat ini juga lebih mudah melalui teknologi informasi maupun internet.
"Komunikasinya masih dengan email, telegram ataupun messenger lainnya. Kalaupun diblokir, maka mereka tetap mengganti dengan akun baru," bebernya.
Ali Fauzi juga mengingatkan, agar masyarakat tidak mudah dikelabuhi dengan cara teroris menampilkan aksinya.
Menurutnya, apa yang dilakukan kelompok teroris sepenuhnya ingin membuat kekacauan di Indonesia.
Sementara, kata Ali, perspektif masyarakat dalam memahami teorisme berbeda-beda. Ada yang menganggap mengada-ada, pengalihan isu, atau pencitraan.
"Apa yang dilakukan pemerintah melalui Densus 88 ataupun BNPT, bukanlah merekayasa dan pengalihan isu. Tindakan yang dilakukan sepenuhnya memberantas (teroris), karena mereka ini ingin mengacaukan Indonesia," tandasnya.
Sebagai keluarga mantan pelaku teroris, Ali Fauzi mengakui, telah menyampaikan secara luas bahwa terorisme berbahaya dan besar dampaknya bagi pelaku maupun masyarakat luas.
Pelaku terorisme, kata Ali, sangat mungkin meninggalkan keluarga dan bisa menjerumuskan siapapun, serta mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Saat ini eranya berbeda. Dan, belakangan ini yang perlu diwaspadai target mereka lebih pada anak-anak muda, terutama yang bisa bermain medsos," tandasnya.